Kalau ditanya apa mata kuliah favorit saya di Rekayasa
Pertanian SITH ITB, jawabannya adalah mata kuliah 8 sks Tugas Akhir I dan II,
yaitu Penelitian Produksi Biomassa dan Perancangan Farming System. Di mata kuliah tersebut sangat melatih
kesabaran, keuletan, dan ketangguhan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
karena langsung berhubungan dengan proses produksi biomassa tanaman dan
perancangan farming system. Saya akan sedikit bercerita bagaimana pengalaman
saya dalam mengarungi tugas akhir dalam mata kuliah Penelitian Produksi
Biomassa dan Perancangan Farming System.
Perjalanan tugas akhir diawali dengan mata kuliah Metodologi
Penelitian dan membentuk kelompok TA. Waktu itu saya bersepakat satu kelompok
dengan Abi teman baik saya semasa kuliah. Dan karena kuota
maksimal kelompok TA adalah 4 orang, kami mencari kembali 2 orang lagi untuk
mengisi nya. Dan karena teman-teman yang lain sudah membentuk kelompok, saya
dan Abi mencari sisa orang yang belum mendapatkan kelompok. Dan bertemu lah
saya dengan Ilmi dan
Lutfa karena kedua nya belum mendapat kelompok. Bersepakat lah kami
berempat membentuk kelompok. Setelah membentuk kelompok selanjutnya adalah
memilih topik TA dan proposal penelitian di mata kuliah Metodologi Penelitian.
Lalu aku berdiskusi dengan Abi, komoditas pertanian apa yang bakal diambil
untuk TA. Dan aku berpikir untuk mencari komoditas pertanian strategis agar TA
ku bisa bermanfaat dan menjadi topik yang hangat dibicarakan. Dan waktu itu Pak
Rama sebagai pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian menawarkan beberapa
judul dan komoditas yang bisa dijadikan proyek di PT East West Seed Indonesia
dan mengenalkan dengan salah satu manager di East West untuk dapat berkunjung
ke kantor dan kebun East West di Lembang. Dan salah satu topik yang ditawarkan
adalah tentang Bawang Merah yaitu True Shallot Seed (TSS). Aku dan Abi cukup
tertarik dengan tema tersebut dan berencana untuk bisa bertemu dengan manager
East West untuk mengobrol tentang topik TA Bawang Merah itu. Aku pun mulai
mencari-cari literatur mengenai TSS dan kemungkinan perlakuan apa yang bisa
diberikan untuk materi TA. Aku pun bersama dua kelompok lain pergi ke kantor
dan kebun East West di Cisarua Lembang untuk kemungkinan bekerja sama dan melakukan
TA disana. Dan setelah berkunjung ke Cisarua dan mendapatkan insight tentang
TSS dan bawang merah, aku dan Abi bersepakat untuk mengambil tema TSS Bawang
Merah. Tapi karena beberapa hal kami tidak bekerja sama dengan East West dan
memilih untuk TA mandiri. Salah satu alasannya adalah karena jauhnya tempat
East West di Cisarua Lembang dengan Jatinangor padahal kami masih harus
mengambil mata kuliah di Jatinangor, sehingga tidak memungkinkan untuk saya dan
Abi bolak balik kesana. Dan karena tidak
di East West kami tidak mengambil topik untuk memproduksi TSS nya, tapi
memproduksi umbi benih bawang merah dari TSS, yaitu umbi mini. Dan setelah
topik tersebut disepakati, saya mulai mencari perlakuan apa yang bisa diberikan
ke TSS sehingga bisa meningkatkan produksi dan kualitas biomassa nya. Dan
bertemu lah saya dengan PGPR. Ya PGPR. PGPR adalah Plant Growth Promoting
Rhizobacteria yaitu bakteri yang bisa meningkatkan produksi pertumbuhan tanaman
dan bisa menjadi anti patogen dan penyakit tanaman. Aku mendapat literatur
bahwa PGPR berhasil diterapkan di tanaman cabai, sehingga mengapa tidak dicoba
diterapkan di TSS bawang merah. Akupun kembali memperbanyak studi literatur
untuk memperkuat teori dasar penelitian sebelum mendiskusikannya dengan dosen
pembimbing ku. Dan setelah berdiskusi dengan dosbing, akhirnya ideku disetujui,
dan saat nya mempersiapkan rencana untuk eksekusi. Pada awalnya aku dan
kelompok ingin menanam di lahan terbuka yang dinaungi screen house buatan, kami
pun sudah mengantongi izin tentang lahannya. Tapi ternyata ada regulasi bahwa
di kampus ITB Jatinangor tidak boleh membuat screen house buatan sendiri karena
sudah disediakan screen house dan net house dari pihak fakultas. Sehingga saya
dan kelompok mengurungkan niat menanam di lahan langsung tapi beralih kepada
sistem polybag di screen house yang sudah disediakan SITH. Tapi masalah baru
muncul, ternyata screen house masih penuh dipakai angkatan sebelumnya dan sudah
ditag oleh teman-teman yang lain. Sehingga akhirnya dimasa awal pembibitan saya
dan kelompok harus menggunakan net house hitam disamping screen house. Dan
karena tidak tahan air pada saat hujan, kami harus mendirikan sungkup dari
plastik dan kawat. Oiya untuk perlakuan PGPR, pada awalnya kami ingin
membandingkan antara PGPR yang kami buat sendiri dan PGPR komersial lalu
mengkombinasikan nya dengan penggunaan kompos dan pupuk NPK sintetis. Sehingga
bisa didapat 4 judul TA untuk saya dan kelompok. Tapi karena tidak yakin dengan
kandungan PGPR yang kami buat sendiri, kami akhirnya hanya menggunakan PGPR
komersial yang sudah terbukti kandungannya. Sehingga pembagian 4 judul TA untuk
saya dan kelompok adalah perlakuan kompos dan berbagai dosis PGPR, perlakuan
pupuk NPK dan berbagai dosis PGPR, perlakuan berbagai dosis kompos, dan perlakuan
berbagai dosis NPK. Dan saya mendapatkan perlakuan kompos dan berbagai dosis
PGPR. Setelah konsep perlakuan terbentuk saya mulai merancang eksekusi
penanaman dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan mendiskusikan nya dengan
dosbing. Setelah selesai berdiskusi dengan dosbing, eksekusi pun dilakukan.
Saya dan kelompok membeli benih TSS, membeli polybag, membeli tanah ke Pak
Abdul, membeli plastik dan kawat untuk sungkup. Dan saya dan kelompok membagi
dua tahap penanaman yaitu pembibitan dan pindah tanam menjadi umbi mini. Dan
tahap pembibitan menjadi tahap paling krusial karena kami harus menunggu benih
tumbuh dengan sehat. Dan setelah tahap pindah tanam saya mulai memindahkan
pemakaian polybag dari net house ke screen house karena screen house sudah mulai
kosong. Di masa penelitian produksi biomassa inilah keuletan dan kesabaran
diperlukan. Mulai dari rutin menyiram, memberikan pemupukan dan perlakuan PGPR,
sampai mengontrol tumbuh kembang
tanaman. Akhirnya sampai lah di seminar TA 1 Penelitian Produksi Biomassa,
aku mengambil judul "Pengaruh Penggunaan Kompos dan PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria) dalam Produksi Umbi Mini Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Asal Benih TSS (True Shallot Seed) Varietas Tuk Tuk" untuk
TA 1 ku. Dan seminar pun berhasil dilalui dengan baik dan saatnya merancang TA
2 Perancangan Farming System. Dan karena TA 2 harus berupa sistem pertanian
terpadu yang dikombinasikan dengan ternak, saya dan kelompok memutuskan untuk
mengkombinasikan umbi mini bawang merah dengan domba ekor gemuk. Terbentuklah judul TA 2 saya dan kelompok
yaitu "Pra -Rancangan Sistem Produksi Umbi Mini Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Asal Benih TSS (True Shallot Seed) Menggunakan Pupuk Organik
dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) yang Terintegrasi dengan
Peternakan Domba". Saya menyusun sistematika TA 2 berdasarkan contoh TA 2
dari angkatan 2012. Sehingga sedikit tips dari saya untuk menyusun TA 2,
mintalah contoh dari angkatan sebelumnya agar ada pegangan dan bayangan dalam
menyusunnya. Dan saya pun melaksanakan sidang dengan mempertahankan judul
tersebut. Dan yang paling saya syukuri adalah saya mendapatkan indeks A untuk
mata kuliah Penelitian Produksi Biomassa, Perancangan Farming System, dan
Sidang. Itulah sedikit pengalaman saya, semoga bermanfaat.