Day 9 #22HBB Vol. 2 (30 Maret 2023)
5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽
📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 339-364 / 798
Insight/rangkuman/catatan:
Setelah
beberapa hari Sophie tidak mendapat kabar dari Alberto Knox. Sampai
pada suatu hari Hermes mendatangi pagar dan ia pergi bersama Hermes ke
Kota Lama di tempat Alberto. Dan kali ini Alberto akan menjelaskan
mengenai Zaman Barok.
Alberto menunjukkan edisi pertama dari
esai-esai Filsafat Descartes yang terbit pada 1637. Dalam buku itulah
karyanya yang termasyhur "Diskursus tentang Metode" (Discourse on
Method) mula-mula dimunculkan. Juga peti berisi lensa-lensa yang
eksklusif atau kaca optik, semuanya digosok oleh filosof Belanda Spinoza
di suatu masa pada pertengahan 1600an. Benda-benda itu sangat mahal dan
merupakan harta Alberto yang sangat berharga. Dua filosof tadi adalah
filosof besar di Zaman Barok, yang akan dibahas masing-masing nanti.
Alberto
menjelaskan kata Barok berasal dari kata yang mula-mula digunakan untuk
menggambarkan sebutir mutiara dengan bentuk tidak beraturan yang
berarti abad ketujuh belas dicirikan oleh ketegangan antara kontras
optimisme Renaisans yang sangat meluap juga menjalani kehidupan dalam
khalwat agama dan penolakan diri.
Dalam berbagai pengertian,
periode Barok ditandai oleh kepalsuan atau sikap yang dibuat-buat. Tapi
pada saat yang sama banyak orang yang sangat gandrung dengan sisi lain
dari mata uang itu; mereka sangat memerhatikan hakikat kesementaraan
dari segala sesuatu. Yaitu kenyataan bahwa seluruh keindahan yang
mengelilingi kita suatu hari akan musnah.
Pada masa ini ditandai
oleh pergulatan sengit antara cara berpikir yang sama sekali
bertentangan. Sebagian filosof percaya bahwa apa yang ada itu pada
dasarnya bersifat spiritual. Sudut pandang ini dinamakan idealisme.
Sudut pandang kebalikannya dinamakan materialisme. Dengan ini yang
dimaksud adalah Filsafat yang menganggap bahwa semua hal yang nyata itu
berasal dari substansi materi yang konkret.
Materialisme juga
mempunyai banyak pendukung pada abad ketujuh belas. Barangkali yang
paling berpengaruh adalah filosof Inggris Thomas Hobbes. Dia percaya
bahwa semua fenomena, termasuk manusia dan binatang, terdiri dari
semata-mata partikel-partikel materi. Bahkan kesadaran manusia atau jiwa
berasal dari gerakan partikel-partikel yang sangat kecil di dalam otak.
Dua
filosof terbesar dari abad ketujuh belas adalah Descartes dan Spinoza.
Mereka bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan seperti hubungan antara
jiwa dan badan, Alberto pun akan menjelaskan secara lebih cermat pada
Sophie.
Day 10 #22HBB Vol. 2 (31 Maret 2023)
5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽
📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 365-400 / 798
Insight/rangkuman/catatan:
Rene
Descartes dilahirkan pada 1596 dan tinggal di sejumlah negeri di Eropa
pada beberapa periode kehidupannya. Bahkan sebagai seorang pemuda, dia
mempunyai hasrat yang kuat untuk mendapatkan wawasan mengenai hakikat
manusia dan alam raya. Tapi setelah mempelajari Filsafat, dia semakin
yakin akan kebodohan nya sendiri.
Kita dapat mengatakan tanpa
melebih-lebihkan bahwa Descartes adalah Bapak Filsafat modern. Dengan
mengikuti penemuan kembali manusia dan alam di zaman Renaisans,
kebutuhan untuk menyusun pemikiran kontemporer menjadi satu sistem
Filsafat yang koheren kembali muncul. Pembangun sistem pertama yang
paling berpengaruh adalah Descartes, dan dia diikuti oleh Spinoza dan
Leibniz, Locke dan Berkeley, Hume dan Kant.
Sistem Filsafat yang
dimaksud adalah Filsafat yang disusun dari dasar dan yang berusaha untuk
menemukan penjelasan bagi pertanyaan-pertanyaan penting mengenai
Filsafat. Baru setelah abad ketujuh belas, para filosof berusaha untuk
memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam sistem Filsafat yang jernih,
dan yang pertama mengusahakan nya adalah Descartes. Karyanya merupakan
pelopor dari apa yang merupakan proyek Filsafat paling penting pada
generasi-generasi mendatang. Perhatian utama nya adalah pada apa yang
dapat kita ketahui atau dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan
tertentu. Pertanyaan besar lainnya adalah hubungan antara badan dan
jiwa. Kedua pertanyaan ini merupakan substansi argumen Filsafat selama
seratus lima puluh tahun setelah itu.
Dalam karyanya, Diskursus
tentang Metode (Discourse on Method), Descartes mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang metode yang harus digunakan filosof untuk
memecahkan suatu masalah filosofis. Ilmu pengetahuan telah mempunyai
metode baru.
Descartes adalah seorang
ahli matematika; dia dianggap sebagai Bapak Geometri Analitis, dan ia
memberikan banyak sumbangan penting pada ilmu aljabar. Dia berusaha
membuktikan kebenaran-kebenaran Filsafat dengan cara seperti membuktikan
sebuah dalil matematika. Dengan kata lain, dia ingin menggunakan
instrumen yang persis sama dengan yang kita gunakan ketika kita bekerja
dengan angka-angka yaitu akal, sebab hanya akal yang dapat memberi
kepastian.
Descartes meragukan segala sesuatu, dan hanya itulah
yang dia yakini. Namun kemudian ia menyadari sesuatu: satu hal pasti
benar, dan itu adalah bahwa dia ragu. Ketika dia ragu, dia pasti sedang
berpikir, dan karena dia berpikir, pastilah bahwa dia seorang makhluk
yang berpikir. Atau, seperti dia sendiri mengungkapkan nya: Cogito, ergo
sum. Yang berarti, "Aku berpikir, karena itu aku ada."
Descartes
adalah seorang dualis, yang menyatakan bahwa ada dua bentuk realitas
yang berbeda atau dua substansi. Substansi yang satu adalah gagasan (res
cogitan), atau pikiran. Dan yang satunya lagi adalah perluasan (res
extensa), atau materi.
Descartes sangat
berpengaruh bagi filosof besar lainnya yaitu Baruch Spinoza yang hidup
dari 1632 hingga 1677. Bukunya yang paling penting adalah Etika
Dibuktikan secara Geometris (Ethics Geometrically Demonstrated).
Kata
Substansi dapat ditafsirkan sebagai yang membentuk sesuatu, atau pada
dasarnya merupakan sesuatu atau dapat disempitkan menjadi itu. Descartes
waktu itu bekerja dengan dua substansi ini. Segala sesuatu itu kalau
bukan pikiran pasti perluasan. Namun Spinoza menyangkal pemisahan ini.
Dia percaya bahwa hanya ada satu substansi. Segala sesuatu yang ada
dapat dikecilkan menjadi satu realitas yang disebutnya Substansi.
Kadang-kadang dia menyebutnya Tuhan atau alam. Dengan demikian, Spinoza
tidak menyimpan pandangan dualistik mengenai realitas seperti yang
dipunyai Descartes. Kita katakan dia seorang Monis. Yaitu dia mereduksi
alam dan kondisi segala sesuatu menjadi satu substansi. Perbedaan
Descartes dan Spinoza tidak begitu mendalam seperti yang sering
dikatakan banyak orang. Descartes juga mengemukakan bahwa hanya Tuhan
yang ada secara mandiri. Hanya ketika Spinoza menyamakan Tuhan dengan
alam -atau Tuhan dan ciptaannya- sajalah dia menjauhkan diri dari
Descartes dan juga dari doktrin Yahudi dan Kristen. Ketika Spinoza
menggunakan kata alam, yang dimaksudkannya bukan hanya alam materi.
Dengan Substansi, Tuhan, atau Alam yang dimaksudkannya adalah segala
sesuatu yang ada, termasuk segala yang bersifat ruhaniah.
No comments:
Post a Comment