Friday 31 March 2023

#22HBB Day 9 and Day 10 Buku "Dunia Sophie" karya Jostein Gaarder

 


Day 9 #22HBB Vol. 2 (30 Maret 2023)

5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽

📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 339-364 / 798

Insight/rangkuman/catatan:

Setelah beberapa hari Sophie tidak mendapat kabar dari Alberto Knox. Sampai pada suatu hari Hermes mendatangi pagar dan ia pergi bersama Hermes ke Kota Lama di tempat Alberto. Dan kali ini Alberto akan menjelaskan mengenai Zaman Barok.

Alberto menunjukkan edisi pertama dari esai-esai Filsafat Descartes yang terbit pada 1637. Dalam buku itulah karyanya yang termasyhur "Diskursus tentang Metode" (Discourse on Method) mula-mula dimunculkan. Juga peti berisi lensa-lensa yang eksklusif atau kaca optik, semuanya digosok oleh filosof Belanda Spinoza di suatu masa pada pertengahan 1600an. Benda-benda itu sangat mahal dan merupakan harta Alberto yang sangat berharga. Dua filosof tadi adalah filosof besar di Zaman Barok, yang akan dibahas masing-masing nanti.

Alberto menjelaskan kata Barok berasal dari kata yang mula-mula digunakan untuk menggambarkan sebutir mutiara dengan bentuk tidak beraturan yang berarti abad ketujuh belas dicirikan oleh ketegangan antara kontras optimisme Renaisans yang sangat meluap juga menjalani kehidupan dalam khalwat agama dan penolakan diri.

Dalam berbagai pengertian, periode Barok ditandai oleh kepalsuan atau sikap yang dibuat-buat. Tapi pada saat yang sama banyak orang yang sangat gandrung dengan sisi lain dari mata uang itu; mereka sangat memerhatikan hakikat kesementaraan dari segala sesuatu. Yaitu kenyataan bahwa seluruh keindahan yang mengelilingi kita suatu hari akan musnah.

Pada masa ini ditandai oleh pergulatan sengit antara cara berpikir yang sama sekali bertentangan. Sebagian filosof percaya bahwa apa yang ada itu pada dasarnya bersifat spiritual. Sudut pandang ini dinamakan idealisme. Sudut pandang kebalikannya dinamakan materialisme. Dengan ini yang dimaksud adalah Filsafat yang menganggap bahwa semua hal yang nyata itu berasal dari substansi materi yang konkret. 

Materialisme juga mempunyai banyak pendukung pada abad ketujuh belas. Barangkali yang paling berpengaruh adalah filosof Inggris Thomas Hobbes. Dia percaya bahwa semua fenomena, termasuk manusia dan binatang, terdiri dari semata-mata partikel-partikel materi. Bahkan kesadaran manusia atau jiwa berasal dari gerakan partikel-partikel yang sangat kecil di dalam otak.

Dua filosof terbesar dari abad ketujuh belas adalah Descartes dan Spinoza. Mereka bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan seperti hubungan antara jiwa dan badan, Alberto pun akan menjelaskan secara lebih cermat pada Sophie.

 



Day 10 #22HBB Vol. 2 (31 Maret 2023)

5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽

📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 365-400 / 798

Insight/rangkuman/catatan:

Rene Descartes dilahirkan pada 1596 dan tinggal di sejumlah negeri di Eropa pada beberapa periode kehidupannya. Bahkan sebagai seorang pemuda, dia mempunyai hasrat yang kuat untuk mendapatkan wawasan mengenai hakikat manusia dan alam raya. Tapi setelah mempelajari Filsafat, dia semakin yakin akan kebodohan nya sendiri.

Kita dapat mengatakan tanpa melebih-lebihkan bahwa Descartes adalah Bapak Filsafat modern. Dengan mengikuti penemuan kembali manusia dan alam di zaman Renaisans, kebutuhan untuk menyusun pemikiran kontemporer menjadi satu sistem Filsafat yang koheren kembali muncul. Pembangun sistem pertama yang paling berpengaruh adalah Descartes, dan dia diikuti oleh Spinoza dan Leibniz, Locke dan Berkeley, Hume dan Kant.

Sistem Filsafat yang dimaksud adalah Filsafat yang disusun dari dasar dan yang berusaha untuk menemukan penjelasan bagi pertanyaan-pertanyaan penting mengenai Filsafat. Baru setelah abad ketujuh belas, para filosof berusaha untuk memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam sistem Filsafat yang jernih, dan yang pertama mengusahakan nya adalah Descartes. Karyanya merupakan pelopor dari apa yang merupakan proyek Filsafat paling penting pada generasi-generasi mendatang. Perhatian utama nya adalah pada apa yang dapat kita ketahui atau dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan tertentu. Pertanyaan besar lainnya adalah hubungan antara badan dan jiwa. Kedua pertanyaan ini merupakan substansi argumen Filsafat selama seratus lima puluh tahun setelah itu.

Dalam karyanya, Diskursus tentang Metode (Discourse on Method), Descartes mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang metode yang harus digunakan filosof untuk memecahkan suatu masalah filosofis. Ilmu pengetahuan telah mempunyai metode baru. 

Descartes adalah seorang ahli matematika; dia dianggap sebagai Bapak Geometri Analitis, dan ia memberikan banyak sumbangan penting pada ilmu aljabar. Dia berusaha membuktikan kebenaran-kebenaran Filsafat dengan cara seperti membuktikan sebuah dalil matematika. Dengan kata lain, dia ingin menggunakan instrumen yang persis sama dengan yang kita gunakan ketika kita bekerja dengan angka-angka yaitu akal, sebab hanya akal yang dapat memberi kepastian.

Descartes meragukan segala sesuatu, dan hanya itulah yang dia yakini. Namun kemudian ia menyadari sesuatu: satu hal pasti benar, dan itu adalah bahwa dia ragu. Ketika dia ragu, dia pasti sedang berpikir, dan karena dia berpikir, pastilah bahwa dia seorang makhluk yang berpikir. Atau, seperti dia sendiri mengungkapkan nya: Cogito, ergo sum. Yang berarti, "Aku berpikir, karena itu aku ada."

Descartes adalah seorang dualis, yang menyatakan bahwa ada dua bentuk realitas yang berbeda atau dua substansi. Substansi yang satu adalah gagasan (res cogitan), atau pikiran. Dan yang satunya lagi adalah perluasan (res extensa), atau materi.

Descartes sangat berpengaruh bagi filosof besar lainnya yaitu Baruch Spinoza yang hidup dari 1632 hingga 1677. Bukunya yang paling penting adalah Etika Dibuktikan secara Geometris (Ethics Geometrically Demonstrated).

Kata Substansi dapat ditafsirkan sebagai yang membentuk sesuatu, atau pada dasarnya merupakan sesuatu atau dapat disempitkan menjadi itu. Descartes waktu itu bekerja dengan dua substansi ini. Segala sesuatu itu kalau bukan pikiran pasti perluasan. Namun Spinoza menyangkal pemisahan ini. Dia percaya bahwa hanya ada satu substansi. Segala sesuatu yang ada dapat dikecilkan menjadi satu realitas yang disebutnya Substansi. Kadang-kadang dia menyebutnya Tuhan atau alam. Dengan demikian, Spinoza tidak menyimpan pandangan dualistik mengenai realitas seperti yang dipunyai Descartes. Kita katakan dia seorang Monis. Yaitu dia mereduksi alam dan kondisi segala sesuatu menjadi satu substansi. Perbedaan Descartes dan Spinoza tidak begitu mendalam seperti yang sering dikatakan banyak orang. Descartes juga mengemukakan bahwa hanya Tuhan yang ada secara mandiri. Hanya ketika Spinoza menyamakan Tuhan dengan alam -atau Tuhan dan ciptaannya- sajalah dia menjauhkan diri dari Descartes dan juga dari doktrin Yahudi dan Kristen. Ketika Spinoza menggunakan kata alam, yang dimaksudkannya bukan hanya alam materi. Dengan Substansi, Tuhan, atau Alam yang dimaksudkannya adalah segala sesuatu yang ada, termasuk segala yang bersifat ruhaniah.

No comments:

Post a Comment