Friday 19 January 2024

“MENJADIKAN BIPOLAR DISORDER SEBAGAI SAHABAT MENEMUKAN JATIDIRI” - Sebuah Bagian Pelajaran Hidup Dzikra Yuhasyra -


Beberapa waktu lalu saya mengikuti ajang pencarian kepenulisan kolaborasi dari salah satu penerbit dengan tema "mental health". Dan hari ini di tanggal 19 Januari 2024, saya mendapatkan informasi dan pengumuman dari penerbit bahwa buku kolaborasi tersebut tidak bisa diterbitkan karena terlalu sedikit yang mengumpulkan naskah dan lolos seleksi naskah. Sehingga saya memutuskan untuk memposting saja naskah singkat yang saya buat di blog ini. Semoga bermanfaat dan menjadi pelajaran bagi teman-teman ya. Selamat Menyimak!

 

“MENJADIKAN BIPOLAR DISORDER SEBAGAI SAHABAT MENEMUKAN JATIDIRI”

  - Sebuah Bagian Pelajaran Hidup Dzikra Yuhasyra -

 

Menjadi akademisi yang aktif menulis berbagai macam topik kepenulisan adalah cita-citaku sejak lama. Hal ini aku wujudkan dengan aktif menulis di blog pribadiku dan juga di salah satu media online sembari melanjutkan studi pascasarjana di jenjang S-2/Magister. Sudah satu buku aku tulis bersama rekan dan seniorku di jurusan Rekayasa Pertanian dan Biologi, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan topik teknologi tepat guna. Dan saat ini, aktivitasku adalah menjalani perkuliahan di Universitas Padjadjaran sebagai mahasiswa pascasarjana Program Studi Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian di Semester Pertama, setelah sebelumnya bekerja di salah satu startup Agroindustri dan Agroteknologi kurang lebih selama dua tahun.

Kalau melihat dari deskripsi tadi, terlihat seperti kehidupan yang sempurna ya? Tapi dibalik perjalanan dan pencapaian tadi, ada kisah perjuangan luar biasa menghadapi “keunikan” mental, ya aku lebih ingin menganggapnya sebagai “keunikan mental” bukan sebagai suatu gangguan mental, yaitu Bipolar Disorder (Gangguan Bipolar). Kisah ini bermula dari masuknya aku ke salah satu Institut Teknik terbaik di negeri ini yaitu ITB. Mari, aku akan ceritakan sebuah kisah kecil ku, sebuah perspektif dari seorang penyintas Bipolar Disorder, agar kalian di luar sana yang memiliki keadaan yang sama atau serupa memiliki semangat untuk melaluinya dan memanfaatkannya untuk menggali seluruh potensi diri yang dimiliki. Mari kita mulai!

 

- 2013-

Aku adalah siswa SMA biasa di kawasan timur kota Bandung, yaitu SMAN 24 Bandung. Karena jarak antara rumahku dan sekolah tidak terlalu jauh, juga banyaknya angkutan kota (Angkot) jurusan Cicaheum – Cileunyi yang lalu lalang di jalan utama selama 24 jam, menjadikan kebiasaan ku menggunakan jasa angkot ini untuk berangkat ke sekolah dan aktivitas lainnya. Pada tahun 2013 aku telah dinyatakan lulus dari SMA dengan keluarnya hasil Ujian Nasional (UN). Nilai UN ku tidak terlalu buruk tapi juga tidak mentereng. Nilai Bahasa Inggris menjadi nilai terbaik dan nilai Matematika adalah terburuk, selalu menjadi momok bagiku. Biologi adalah satu-satunya nilai mata pelajaran IPA dengan nilai yang “mendingan”, karena aku memang suka Biologi. Sahlah aku menjadi alumni SMAN 24 Bandung Angkatan 2013.

Di pertengahan tahun 2013 setelah kelulusan diumumkan adalah momen bagi setiap siswa di SMA untuk mendaftar ke Perguruan Tinggi, baik itu Negeri ataupun Swasta. Sudah dua tahun kebelakang aku mencoba mencari dan menggali informasi mengenai tempat perkuliahan dengan berbagai jenis program studi di warnet (warung internet) dekat rumah. Salah satu platform yang aku ikuti adalah website masukitb.com, sebuah website yang dibuat untuk menghubungkan mahasiswa-mahasiswa ITB dengan siswa SMA untuk berbagi informasi jurusan, perkuliahan, dan hal lain mengenai kampus. Aku berkomunikasi dengan seniorku Angkatan 2012 yang masuk ITB melalui platform ini sembari mencari informasi tentang jurusan-jurusan keren di ITB.

Aku tertarik dengan jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) atau Planologi di fakultas SAPPK (Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan) karena aku punya ambisi untuk menata dan membenahi kesemrawutan Kota Bandung tempat tinggalku, atau jurusan-jurusan di salah satu fakultas ilmu hayati di ITB yaitu SITH (Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati), seperti Biologi dan Rekayasa Pertanian, karena sesimpel aku suka Biologi. Rekayasa Pertanian adalah sebuah jurusan yang baru saja satu tahun didirikan di ITB melalui SITH-Rekayasa, yang akupun tertarik masuki karena aku pernah mengangkat tema pangan dan kampung adat di salah satu kompetisi untuk mewakili sekolahku. Singkat kata aku bertekad untuk masuk ITB, institut dan perguruan tinggi terbaik yang aku tahu pada saat itu dan ada di Kota Bandung, dekat dengan tempat tinggal ku, sehingga aku mudah meraihnya.

Dari hasil try out dan simulasi seleksi masuk perguruan tinggi, nilaiku hanya memenuhi passing grade ke SITH-Rekayasa dan kurang memenuhi untuk masuk ke SAPPK. Dan aku melihat bahwa di SITH-Rekayasa terdapat jalur peminatan untuk langsung masuk ke program studi Rekayasa Pertanian, karena merupakan program studi baru. Ini merupakan peluang emas untuk aku coba di SNMPTN atau jalur undangan.

Aku pun memilih SITH-Rekayasa dengan peminatan Rekayasa Pertanian sebagai satu-satunya pilihanku di SNMPTN. Alhamdulillah, Allah SWT mendengar doaku, aku diterima di SITH-R ITB peminatan Rekayasa Pertanian. Kondisi kesehatan mentalku masih baik-baik saja saat itu, aku berbahagia. Impian sederhana agar diterima di ITB dikabulkan, tanpa berpikir panjang apa yang akan aku hadapi di ITB, bakal belajar apa, atau akan bekerja apa kelak. Di tahun 2013 aku pun resmi menjadi mahasiswa baru SITH-R ITB

 

-2014-

Aku sudah menjalani satu semester di ITB. Di tahun pertama di ITB, aku dan mahasiswa lain menjalani Tahap Persiapan Bersama (TPB) yang biasa dikenal dengan SMA kelas 4. Aku kembali mempelajari Matematika/Kalkulus, Fisika Dasar, Kimia Dasar yang kesemuanya tidak aku sukai. Di saat itu, aku berpikir dan mempunyai target hanya untuk bisa lulus saja dari TPB, berapapun IPK nya. Yang penting tidak usah mengulang mata kuliah mengerikan itu.

Setelah menjalani beberapa kali ujian tulis di ITB, aku hanya bisa berpikir bahwa hanya keberuntunganlah yang menjadikan aku masuk ITB, karena dari kemampuan akademis di bidang eksakta aku sangat kurang. Aku sudah berusaha belajar semaksimal yang aku bisa, tapi aku selalu kesulitan mengerjakan ujian. Setiap perkuliahan aku selalu duduk di paling belakang karena aku tidak mengerti apa yang dikatakan dosen, mungkin karena basic eksakta ku yang lemah.

Aku pun sering terlambat datang ke kelas karena aku selalu dihinggapi kemacetan lalu lintas dimana aku harus menaiki Angkot berwarna Pink jurusan Gedebage – Simpang Dago yang jumlahnya tidak sebanyak angkot Cicaheum – Cileunyi yang aku naiki saat SMA. Terkadang angkot tersebut mengetem dan kalau aku masuk pagi jam 7 pagi, kemacetan sepanjang jalur lalu lintas menuju kampus menjadikan ku mahasiswa kurang disiplin yang selalu telat. Tak mengherankan aku tidak enjoy dan merasa tertekan salama perkuliahan, karena bidang eksakta dasar yang kurang aku kuasai dan kurang aku minati bahkan aku tidak bertemu dengan Biologi di TPB. Di tambah dengan masalah transportasi yang menderaku saat itu. Belum ada ojek online pada tahun aku masuk kuliah.

Aku mendapat nilai D di mata kuliah Matematika/Kalkulus, beruntung IPK ku lebih dari 2,00 sehingga aku tidak perlu mengulang mata kuliah yang mengerikan bagiku itu. Aku melampiaskan ketidaksukaanku terhadap subjek yang dipelajari di perkuliahan dengan lebih banyak menghabiskan waktu ku bergelut di Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu Lingkung Seni Sunda (LSS) dan Unit Jurnalistik Majalah Boulevard juga kegiatan kemahasiswaan terpusat seperti KM ITB. Lagi pula di tahun depan atau setelah TPB berakhir aku akan pindah ke Jatinangor, karena SITH-R dan jurusanku Rekayasa Pertanian akan menjalani perkuliahan di Jatinangor. Aku harus memanfaatkan waktuku selama berkuliah di kampus Ganesha semaksimal mungkin sebelum akhirnya pindah ke Jatinangor. Aku sering pulang tengah malam lewat pukul 12 malam untuk berlatih berkesenian, kajian, maupun aktivitas UKM dan kemahasiswa terpusat lainnya. Sehingga tak ayal Mamahku sering menyebutku bagaikan “zombie” pada saat itu. Kondisi mental ku agak sedikit goyah, tapi aku masih happy saat itu karena aku menjadi aktivitas kemahasiswaan yang membuat enjoy meski aku akui terasa sangat lelah dan harus babak belur di perkuliahan.

Aku pun dihinggapi virus merah jambu saat itu, aku jatuh cinta pada salah satu teman wanitaku di salah satu UKM. Aku sering sms-an dengan dia dan menghubungi viat chat aplikasi LINE, dimana mahasiswa zaman ku lebih banyak menggunakan aplikasi LINE dibanding aplikasi lain. Aku sering berbagi buku-buku apa saja yang sering aku baca untuk menarik perhatiaanya dan juga agar bisa ada yang menjadi bahan obrolan. Aku senang sekali membaca buku dan mengkaji buku sejak SMA. Aku berharap ini bisa menjadi hubungan serius pertama ku.

 

-2015-

2015 adalah masa kelam sekaligus membahagiakan bagiku. Kelam karena gangguan mental itu datang padaku tapi membahagiakan karena aku terbebas dari salah satu belenggu dan ketidakpercayaan diri yang ada pada diriku.

Dari pertengahan 2014 sampai 2015, aku sudah mulai pindah ke kampus Jatinangor. Berbeda dengan kampus Ganesha yang berada di daerah urban tengah kota dengan luas kampus yang kecil, kampus Jatinangor berada di daerah suburban dengan kampus yang lebih luas. Di kampus Jatinangor, dari gerbang depan ke area asrama dan gedung perkuliahan cukup menanjak dengan jarak yang lumayan, sehingga apabila ditempuh dengan berjalan kaki akan cukup melelahkan.

Aku memutuskan untuk menyewa asrama kampus selama berkuliah di ITB Jatinangor. Hal ini aku lakukan karena lebih banyak temanku berasrama dan kegiatan himpunan yang kebanyakan sampai tengah malam akan menyita waktu dan aku akan kesulitan untuk pulang karena transportasi umum dari Jatinangor tidak seperti di Ganesha yang masih ada sampai tengah malam. Inilah dimana petaka dan hal yang tidak mengenakkan bagi mentalku terjadi.

Di kampus yang relatif baru dengan suasana yang sepi aku merasa terasing. Kemana-mana susah, mau jalan capek, mau makan jauh, mau naik motor atau naik sepeda tidak bisa. Ya kalian tidak salah, aku tidak bisa naik motor dan naik sepeda sampai umurku 21 tahun. Bagi sebagian orang mungkin ini hal yang sepele, tapi aku selalu menganggap ini adalah hal yang memalukan dan aku selalu menutupinya. Aku menjadi rendah dirinya karenanya. Itulah sebabnya aku selalu menaiki angkot kemana pun aku pergi. Aku pernah belajar menyetir mobil tapi itu tidak berlanjut dan tidak menjadi solusi, karena keuangan keluarga ku yang tidak menyanggupi untuk membeli mobil. Aku merasa sendiri, terasing, tidak punya teman, tertekan perkuliahan selama di Jatinangor. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di kamar bersama rekan satu kamarku. Dan tentu ini adalah hal yang tidak sehat. Aku merindukan kondisi hiruk pikuk kemahasiswaan kampus Ganesha dan gebetanku tentunya. Aku jadi jarang ke kampus Ganesha karena keterbatasanku di transportasi, yang aku menjadi lemah dan rendah diri karenanya. Aku meluapkan emosi ku dengan membaca buku dan menonton video YouTube atau film dengan durasi yang tidak normal sampai tengah malam, kadang tidak tidur. Berputar dengan pikiran sendiri, tidak ada teman bertukar pikiran dan mencurahkan isi hati. Aku pun mencurahkan kegusaranku dengan memborbardir chat/pesan LINE secara tidak normal dengan teman wanita ku seakan-akan hanya dia yang aku miliki dan hanya dia yang bisa menyelesaikan persoalanku, sampai akhirnya dia memblok akun ku yang menjadikan aku semakin terpuruk dan kecewa. Aku pun mulai berpikir negatif bahwa jurusanku ini, Rekayasa Pertanian, tidak punya prospek dan masa depan suram. Pikiranku berputar-putar dengan hal negatif. Di lain sisi aku sangat bergairah untuk menulis, aku ingin menulis dan membagikan segala hal di media sosial khususnya LINE. Aku ingin terlihat pintar dan berwibawa, mengenyampingkan kekurangan ku di bidang akademik dan tidak bisa mengendarai sepeda dan motor. Itulah titik dimana aku merasa ada yang salah dengan diriku.

 

-Lebaran 2015-

Di malam lebaran 2015 aku sedang mendalami Sirah Nabawiyah Nabi Muhammad SAW, buku yang cukup berat apabila tidak diimbangi dengan pemahaman yang sempurna. Saat aku baca bagian demi bagian, tiba-tiba aku gelisah tak karuan, aku ternyata berhalusinasi, mengingat kematian Ayahku yang sudah meninggal sejak aku kelas 6 SD. Aku jadi takut mati. Dengan segala beban masalah yang aku alami dan otak yang beku karena terlalu banyak membaca bacaan berat, aku kalang kabut. Aku mengigau seakan-akan akan akhir zaman atau kiamat. Aku ingin bisa cepat-cepat belajar sepeda dan naik  motor agar beban di hidupku sirna. Aku mengigau dan berhalusinasi tak karuan.

Karena curiga, keluargaku di rumah, Mamah dan Kakak Perempuan ku menanyaiku, tapi aku tidak merespon. Aku pun dibawa ke Kakak Laki-Lakiku yang sudah menikah dan berbeda rumah agar ada obrolan antar lelaki. Tapi saat ditanya aku diam saja karena pikiran ku yang kosong. Aku hanya berujar aku ingin bisa mengendarai sepeda. Mamahku dengan sigap membelikan aku sepeda lipat. Keesokan harinya di jalan depan rumah Kakakku sebuah kejadian yang aku tidak akan lupaan terjadi. Aku dengan keadaan setengah sadar di usia 21 tahun belajar megendarai sepeda. Yang tentu akan menjadi hal yang canggung untuk dilakukan orang dengan umur setua itu. Akupun berhasil menguasai sepeda dengan susah payah dengan tekad dan rasa malu yang aku miliki. Kakak perempuanku hanya bisa mengawasiku di pinggir jalan. Setelah kejadian itu, akhirnya keluargaku membawaku ke seorang Psikolog. Di Psikolog itulah aku meluapkan segala unek-unek dan kesusahanku sampai aku menangis dan berteriak-teriak. Malam hari saat itu, Dan sang Psikolog menyarankan agar aku dibawa ke UGD Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat untuk diberi obat penenang. Beberapa hari setelahnya aku dibawa ke Psikiater.

dr. Ike, seorang Psikiater pertama yang aku temui mendiagnosis bahwa aku mengalami stres akut dan ia pernah mempunyai beberapa pasien yang berhalusinasi seperti itu. Ia pun meresepkan obat kepadaku. Tapi dengan kondisiku yang seperti tadi aku tidak mudah percaya dengan psikiater apalagi ada anggapan dan misinformasi bahwa obat dari psikiater hanya akan menyebabkan ketergantungan. Lagi pula satu masalah belum selesai. Aku belum bisa mengendarai motor.

 

-2016-

Aku bertahan kontrol ke dokter Ike hanya beberapa kali dan tidak sampai tuntas. Lagi pula ketidapercayaan diriku karena tidak bisa mengendarai motor masih menghantui. Aku baru saja bisa mengendari sepeda dan itupun aku tidak punya pengalaman dalam mengendarai sepeda sehingga aku malu untuk berkendara keluar. Kondisi akademik yang tidak membaik memperburuk kondisiku. Akhirnya Kakak Perempuan ku membawa ku ke Psikiater yang lain yaitu   Prof. Dr. dr. Tuti Wahmurti A. Sapiie, Sp.KJ(K) yang berpraktek di Kawasan Dago, Bandung. Beliau merupakan salah satu senior psikiater berpengalaman di Bandung. Dari hasil konsultasiku dengan beliau barulah terdeteksi bahwa aku mengidap Bipolar Disorder (Gangguan Bipolar) dan aku diharuskan kontrol setiap dua minggu sampai sebulan sekali dengan treatment obat Risperidone dan Depakote. Dari hasil konsultasi dengan Prof Tuti aku mulai bisa menerima diri dan mengetahui ritme kenaikan dan penuruan mood yang aku alami. Aku mempelajari apa itu Bipolar Disorder dan bagimana obat Risperidone dan Depakote bekerja. Aku pun mulai belajar pelan-pelan mengendarai sepeda motor bersama saudara dan teman laki-laki Kakakku untuk mengcounter ketakutanku.

Menurut website Alodokter, Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan drastis pada suasana hati. Penderita gangguan ini bisa merasa sangat gembira atau euforia, kemudian berubah menjadi sangat sedih. Gangguan bipolar dapat diderita seumur hidup sehingga memengaruhi aktivitas penderitanya. Namun, pemberian obat-obatan dan psikoterapi dapat membantu penderita untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari. Penyebab gangguan bipolar belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat faktor genetik. Selain itu, faktor lingkungan sekitar dan gaya hidup juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami bipolar.

Gejala utama gangguan bipolar adalah perubahan suasana hati (mood) yang drastis. Perubahan mood ini bisa terjadi dalam hitungan jam, hari, atau bulan. Gejalanya meliputi fase mania yang berlanjut menjadi fase depresi berat.

Pada fase mania, penderita dapat mengalami:

  • Perasaan gembira atau antusias

  • Semangat yang menggebu-gebu

  • Sulit tidur atau insomnia



Sementara pada fase depresi berat, gejala yang muncul berupa:

  • Berkurangnya minat pada suatu kegiatan atau pekerjaan

  • Perasaan bersalah secara berlebihan

  • Keinginan untuk mati


Pengobatan gangguan bipolar bertujuan untuk mengurangi frekuensi kemunculan gejala, membantu penderita agar bisa kembali beraktivitas, dan menurunkan risiko terjadinya gangguan kesehatan lain.

Adapun beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah:

  • Pemberian obat-obatan, seperti obat penyeimbang suasana hati, obat antidepresan, serta obat antipsikotik

  • Psikoterapi, seperti interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT), cognitive behavioral therapy (CBT), dan psikoedukasi

 

Belum ada metode yang dapat mencegah gangguan bipolar. Namun, kekambuhan gejalanya bisa dikurangi dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Rutin mengonsumsi obat sesuai resep dokter dan menjalani psikoterapi

  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol atau menyalahgunakan NAPZA

  • Berolahraga secara rutin

  • Mengelola stres dengan baik

  • Beristirahat dan tidur yang cukup

  • Menjalin hubungan baik dengan keluarga dan teman


Aku pun mencari tahu apa sebenarnya obat yang aku konsumsi agar aku yakin dengan treatment yang diberikan oleh Prof. Tuti.

Menurut website Alodokter, Risperidone adalah obat antipsikotik untuk meredakan gejala skizofrenia dan gangguan bipolar. Obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku, termasuk gangguan perilaku pada penderita Alzheimer, atau anak yang menderita autis. Risperidone bekerja dengan cara memblokir beberapa reseptor di otak, seperti reseptor dopamin, serotonin, dan alpha adrenergic. Cara kerja ini dapat mengurangi gejala kelainan psikotik yang dipercaya berasal dari aktivitas berlebihan antar saraf otak melalui reseptor ini. Obat ini dapat membantu menstabilkan emosi, menjernihkan pikiran penderita, dan mengurangi gejala psikosis. Dengan begitu, penderita gangguan jiwa bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih baik, tanpa gangguan dari gejalanya.

Sedangkan menurut website halodoc, Depakote ER 500 mg Tablet  mengindikasikan untuk terapi episode manik akut atau campuran yang berhubungan dengan gangguan Bipolar dengan atau tanpa Psikosis dengan komposisi Divalproex Na 500 mg.


Dengan mengetahui ini aku menjadi lebih tenang.
 



-2017-

Setelah mengkonsumsi obat rutin, rutin konseling dengan Prof Tuti, lebih mengenal diri, awas dengan kelebihan dan kekurangan diri, prestasi akademik saya pun mulai merangkak naik. Aku pun punya target agar IPK bisa diatas 2,75 agar aku bisa tetap melanjutkan kuliah ke jenjang S2 dan melamar pekerjaan. Di tahun ini pun aku mulai melaksanakan tugas akhir.


 
-2018-

Di tahun 2018 aku menjalani sidang dan mendapatkan nilai A untuk Tugas Akhir I dan II serta Sidang. Di akhir yudisium aku mendapatkan IPK 2,98 dengan predikat sangat memuaskan. Hasil yang cukup baik meskipun masih di bawah 3,00. Sejak rutin konseling ke Prof Tuti aku jadi mengaktifkan blog pribadiku dan aktif menulis disana. Aku pun menyalurkan bakat jurnalistik dan menulisku dengan mencurahkan isi hati dan pikiran yang meluap dan berlebihan dengan untaian kata melalui tulisan. Kalian bisa mengunjungi blog pribadiku di https://dzikra-yuhasyra.blogspot.com Aku menuliskan banyak cerita, memori, dan pemikiran di sana. Aku pun di wisuda di ITB dengan gelar Sarjana Teknik pada tanggal 7 April 2018.
 


-2019-2022-

Selama 2019-2022, aku bekerja di dua startup pertanian yaitu Neurafarm dan Griin.id. Aku berbahagia bertemu dengan sahabat-sahabat baru disana. Aku belajar dan beradaptasi dengan lingkungan kerja professional.


 
-2023-

Di tahun 2023 aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan akademik dan kepenulisanku yaitu dengan mendaftarkan diri ke Program Studi Magister Ekonomi Pertanian Faperta UNPAD dan juga sempat menulis buku “Teknologi Tepat Guna” yang sudah diterbitkan bersama penulis lain dan juga menulis artikel online di Pikiran-Rakyat.com (Pikiran Rakyat Media Network). Aku memutuskan untuk melanjutkan studi magister bidang sosial dan kebijakan pertanian yang lebih sesuai dengan interestku dan tentu kemampuan akademikku.

Mungkin tidak banyak dari kisahku yang mungkin bisa menginspirasi, tapi kita semua bisa jadi tahu bahwa inner child dan berbagai hal masalah yang dianggap sepele harus kita selesaikan sesegera mungkin. Dan apabila memerlukan bantuan professional seperti Psikolog atau Psikiater, kita jangan merasa segan ataupun malu dan harus mengikuti saran yang dianjurkan. Meskipun sampai sekarang aku kemana-mana masih pakai Angkot (Hahaha), tapi berkat “keunikan mental” yang aku miliki, aku bangga aku dapat menyelesaikan inner child ku yaitu mengendarai sepeda dan motor sehingga apabila ada kebutuhan mendesak, aku bisa menggunakan skill ku mengendari motor matic, dan juga aku bisa menerima segala kekurangan juga kelebihan yang aku miliki. Berkat “keunikan mental” ini juga aku menjadi aktif menulis dan mempunyai karya portofolio melalui tulisanku di blog pribadi serta media lainnya.


Jadi ayo bersahabat  dengan keterbatasanmu dan hadapi itu, akan selalu ada jalan keluar dan akhir yang indah bagi setiap yang berikhtiar dan menerima dengan Ikhlas 😊


 

BIOGRAFI PENULIS

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Dzikra Yuhasyra, S.T.
Seorang penyintas bipolar disorder yang lahir di Bandung tahun 1996 dan lulus dari Program Studi Sarjana Rekayasa Pertanian SITH ITB di tahun 2018 dan sekarang sedang melanjutkan studi pascasarjana di Program Studi Magister Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran (UNPAD). Berpengalaman 2 tahun bekerja di bidang Pertanian dan Kepenulisan. Menulis satu buku yang telah diterbitkan dengan judul “Teknologi Tepat Guna” bersama penulis lainnya di Penerbit Wawasan Ilmu.

Senang menulis mengenai self development dan topik Kebijakan Pertanian. Untuk mengetahui tulisan lainnya bisa kunjungi blog pribadi di https://dzikra-yuhasyra.blogspot.com dan Instagram: @dzikrayr. Untuk mengontak bisa melalui WhatsApp : +6281572523625 dan email dzikra.yuhasyra9a@gmail.com

No comments:

Post a Comment