Tuesday 16 April 2019

Mensyukuri Nikmat "Tersesat" Sebagai Lulusan Teknik


Halo, nama saya Dzikra Yuhasyra, saya baru lulus dari jurusan Rekayasa Pertanian SITH ITB di awal April 2018 lalu dan sekarang masih menjadi fresh graduate yang mencari pekerjaan. (Ayo semangat cari kerja!). Tak terbayangkan sebelumnya oleh saya bisa lulus dari kampus teknik terbaik di Indonesia, ITB. Hal tersebut hanya bisa menjadi mimpi saya ketika saya masih SMA dan browsing mengenai jurusan-jurusan super keren yang ada di ITB. Sebagai seorang anak SMA berjurusan IPA saya sebenernya tidak terlalu suka eksak, satu-satunya bidang IPA yang saya senangi yaitu Biologi, yang mungkin menjadi alasan kenapa saya memilih SITH ITB di SNMPTN (dan Alhamdulillah lolos). Dulu waktu SMA saya kurang menyenangi Matematika dan Fisika apalagi Kimia, saya selalu menanggapnya sebagai momok yang menakutkan dan juga membosankan. Saya lebih suka pelajaran fleksibel dan kreatif seperti Bahasa Inggris. Sehingga tak heran saya sudah diterima di jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) sebelum SNMPTN diumumkan, dan berniat untuk terjun kuliah di bidang sosial politik apabila tidak diterima di ITB di SNMPTN atau SBMPTN. Setelah dinyatakan lolos di HI UNPAR, saya cukup senang dan lega saya sudah mendapat kampus dimana saya bisa berkuliah sesuai minat saya dan saya bisa mengejar mimpi saya untuk masuk ITB. Saya sempat ragu memilih antara SAPPK ITB, tepatnya Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota karena saya suka pelajaran sosial, atau SITH ITB sebagai pilihan SNMPTN saya. Tapi adanya pilihan peminatan jurusan di SITH-R tepatnya di program studi Rekayasa Pertanian mengalihkan perhatian saya. Saya berpikir karena ini jurusan baru dan juga peminatan membuat peluang saya masuk lebih besar, lagi pula saya suka Biologi. Saya akhirnya memilih SITH-R menjadi satu-satunya pilihan saya di SNMPTN. Dan voila, saya lolos SITH-R ITB dengan status peminatan Rekayasa Pertanian. Saya tidak sempat berpikir saya sudah lulus bakal gimana atau bakal bekerja apa, satu-satunya pikiran dibenak saya waktu itu hanya lolos ITB, dan Alhamdulillah Allah SWT mengabulkannya. Tak disangka cita-cita sederhana tanpa berpikir panjang itu mengantarkan saya menjadi sarjana teknik yang 'tersesat' saat ini. Di waktu TPB saya kesulitan menghadapi Kalkulus, Fisika Dasar, ataupun Kimia Dasar. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi hasil selalu jauh dari memuaskan. Saya malah tidak bertemu Biologi di TPB. Di jurusan pun saya harus bertemu Matematika Rekayasa, Termodinamika Sistem Ekologi, Neraca Massa dan Energi Biosistem, Peristiwa Perpindahan Dalam Biosistem, Mekanika Fluida, yang kesemuanya kurang saya sukai karena lebih banyak hitung-hitungan eksak, yang tidak saya senangi sejak SMA. Sehingga saya harus berjuang untuk sekedar lulus dari mata kuliah tersebut, sehingga tak heran IPK saya hanya 2.98 sampai lulus sidang. Tidak terlalu buruk tapi masih jauh dari kata memuaskan. Saya harus bersusah payah dan jauh dari kata enjoy selama kuliah, sehingga saya selalu merasa tertekan pada saat masa kuliah. Saya lebih larut menikmati kemahasiswaan selama saya berkuliah dibanding kuliah itu sendiri. Lalu tibalah saat saya di wisuda. Setelah wisuda, saya sulit lagi merecall materi-materi kuliah pertanian yang terlanjur saya lupakan setelah ujian dilaksanakan. Seakan-akan semuanya menguap begitu saja. Jadilah saya menjadi sarjana teknik yang "tersesat". Lupa materi kuliah dan hanya mengingat kulit-kulitnya saja. Tapi apa yang saya syukuri sampai sekarang adalah bagaimana perjalanan menjadi sarjana teknik membentuk saya, terutama saat mengerjakan TA 1 dan TA 2. TA 2 mengajarkan saya membuat perancangan farming system secara komprehensif dari segi budidaya pertanian, engineering, dan juga bisnis yang membuka cakrawala saya tentang membuat sebuah perancangan usaha dari A sampai Z yang mungkin akan sulit saya temukan di jurusan lain. Lalu kemampuan saya melewati berbagai kesulitan kuliah pun membentuk saya bermental baja dan gigih dalam berjuang. Dan sekarang disinilah saya masih menjadi fresh graduate yang sibuk mencari pekerjaan. Saya percaya meskipun sudah hampir satu tahun sejak saya lulus wisuda saya belum mendapat pekerjaan, saya akan mendapatkannya di waktu yang tepat dengan kondisi yang tepat. Sama seperti saya yang dapat melewati mata kuliah-mata kuliah mengerikan ITB seperti Kalkulus atau Neraca Masa dan Energi Biosistem. Saya percaya dengan bekal pengalaman yang saya raih saya dapat mencapai masa depan cemerlang. Tentu dengan perjuangan dan ikhtiar yang maksimal diiringi doa dan munajat kehadirat Sang Maha Kuasa. Semoga bisa, semoga!