Sunday 24 December 2023

Ulasan Buku "Unleash Your Other 90 %" karya Robert K. Cooper #1 Hal. 1-34

 

Terinspirasi dari Gerakan 22 Hari Baca Buku (22 HBB), dimana saya sebagai pesertanya harus menulis review bacaan buku selama 22 hari, di masa liburan ini saya ingin mengulangi aktivitas yang sama yaitu mengulas sebuah buku, yang merupakan hadiah wisuda dari seorang kawan dekat semasa kuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB, yaitu Addo (Adna Daniel), yang belum sempat selesai saya baca sampai saat ini karena satu dan lain hal, dengan judul "Unleash Your Other 90 %" karya Robert K. Cooper, sebuah buku tentang kepemimpinan, self-help, dan self-development untuk membangkitkan potensi diri. Mungkin saya bisa mereview lebih cepat atau lebih lambat dari 22 hari, tapi yang ingin saya lakukan adalah membagikan isi buku ini kepada teman-teman, yang semoga akan bermanfaat untuk teman-teman. Dan mungkin bisa jadi pada saat mereview buku ini, saya  juga akan mereview buku  lain yang belum sempat saya selesaikan, jadi mungkin akan selang-seling ya. So, stay tuned! Berikut review saya dari halaman 1-34. Selamat Menyimak!


PENDAHULUAN: Tantangan Kakek

Robert memiliki ayah dengan kesibukan yang padat sehingga semasa kecil ia sangat dekat dengan Kakeknya. Karena Kakeknya sedang mengalami masalah jantung dan dokter-dokter berkata bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, Kakeknya ingin berpesan dan berbincang dengan Robert tentang sesuatu hal yang penting. Kakeknya menunjukan sebuah plakat pada Robert dengan tulisan "Berikan yang terbaik kepada dunia dan yang terbaik pula akan kembali kepadamu."

Meskipun saat itu adalah bulan Maret yang dingin, sinar matahari yang hangat memenuhi ruangan melalui jendela saat kami duduk bersama.

"Setelah kupikir-pikir," kata Kakek, sambil menunjuk ke bingkai perak dan memandang kalimat yang tertulis, "selama ini kurasa aku tahu apa makna kata-kata ini. Sederhana saja. Kau memberikan yang terbaik atau tidak. Pertama, kau pergi sekolah dan berusaha keras untuk mendapatkan nilai yang baik...." Kakek menarik napas.

Kakek adalah anak pertama dari tujuh bersaudara yang me- namatkan SMU-nya. Kemudian, Kakek meneruskan ke perguruan tinggi dan pada pergantian milenium masa itu, meraih gelar masternya. 

"Lalu," Kakek melanjutkan, "begitu kau mendapat kerja, kau datang tepat waktu setiap hari dan bekerja keras. Ini berarti kau memberikan yang terbaik. Dengan demikian, hasil terbaik akan datang kembali kepadamu, dalam bentuk gaji dan kebanggaan."

Kakek memandangku dengan sungguh-sungguh seperti biasanya. "Selama hidup, aku telah melakukan hal yang salah," katanya.

"Apa maksud Kakek?"

"Di rumah sakit, aku memikirkan orang-orang sangat luar biasa yang kukenal. Mereka adalah orang-orang yang terus maju saat orang lain menyerah; orang-orang yang menemukan cara saat yang lainnya menganggap hal itu tidak bisa dikerjakan. Mereka tidak hanya menetap di satu pekerjaan atau bekerja keras. Mereka meraih sesuatu yang lebih dalam dan menemukan sesuatu yang lebih. Mereka membuat sebuah perbedaan yang lebih baik. Aku tak percaya mereka memahami kata-kata ini”—Kakek memegang bingkai itu sehingga kami berdua bisa melihat piagam tersebut -"seperti aku memahaminya selama ini.”

"Aku ingat orangtuaku dan orang dewasa lain di kampung halamanku berkata, 'Belajar dan bekerja keraslah, tapi jangan biarkan mimpimu semakin tinggi. Jika kau membiarkannya, kamu hanya akan kecewa.' 'Belajarlah menyesuaikan diri dan mengikuti arus,' kata mereka, 'itulah yang dilakukan para orang yang sukses.' Aku jadi sangat ahli dalam menyesuaikan diri dan mengikuti arus." Suara Kakek melemah.

"Robert, kau akan mendengar hal yang sama dari orang-orang kupertanyakan definisi terbaik yang sebelumnya kuyakini? Apa seandainya aku tidak menerima hal itu? Bagaimana jika setiap hari di sekitarmu. Maksud mereka baik, tapi itu salah. Bagaimana yang akan terjadi jika lebih kudengar nuraniku alih-alih kata orang-orang itu? Tentunya aku akan terus mencari semakin dalam dan memberikan pada dunia lebih dari yang terbaik selama ini tersembunyi dalam diriku."

"Dan jika aku melakukan hal itu," ujar Kakek, "hal yang lebih baik dari yang terbaik akan kembali kepadaku, dan kepada keluarga ini, dan kepadamu, Robert. Namun, itu tak terjadi," tambahnya, "karena aku tidak melakukannya."

"Nah, inilah tantanganku kepadamu, hidupkanlah kata-kata ini." Kakek menyerahkan bingkai itu kepada saya. Pigura itu tak dilapisi kaca; jari saya menelusuri kata-kata itu dan merasakan kertasnya yang rapuh. "Tapi, Kek," saya menyahut, bukannya ingin mengecewakan Kakek, melainkan tidak yakin bagaimana memenuhi permintaannya, “mungkin saat aku lebih dewasa ...."

"Usia tidak berhubungan dengan hal ini. Setiap hari kau bisa lebih mempelajari sesuatu tentang dirimu dan semua potensi yang tersembunyi dalam dirimu. Setiap hari kau bisa memilih menjadi dirimu yang lebih baik daripada sebelumnya. Kuminta kau mulai melakukannya sekarang juga."

"Tapi, bagaimana?"
 

"Dengan melihat ke dalam dirimu sendiri. Dengan menguji kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan mencari apa yang terpenting bagimu, Robert. Sedikit orang yang melakukan hal itu untuk kita semua. Malahan, kita menahan napas. Kita memalingkan muka. Kita hanya mengikuti atau terseret arus. Kita mempertahankan yang sudah ada. Kita berkata, 'Ini sudah cukup.' Kuharap, saat kau bangun suatu pagi kau tidak berkata, "Selama ini kujalani hidup yang salah dan kini sudah terlambat untuk memperbaikinya."

Pada usia semuda itu, saya bisa melihat penyebab kepedihan penyesalan Kakek, dan bahkan saya bisa mengenali bahwa pemberian Kakek adalah kejujuran kata-kata yang ingin Kakek sampaikan kepada saya.


"Robert, kita semua hampir tidak menggunakan potensi kita yang ada. Sekarang, tergantung pada dirimu untuk menjadi orang yang paling ingin tahu dan teruslah bertanya pada dirimu sendiri. Apakah yang terbaik pada diriku? Teruslah temukan jawaban hal itu, aku percaya bahwa hal yang jauh lebih baik daripada yang itu setiap hari untuk diberikan kepada dunia. Jika kau melakukan terbaik yang pernah kaubayangkan-dan dalam banyak cara lebih daripada sekadar uang akan kembali kepadamu."

Dan, begitulah. Di samping perjuangan dan kesalahan yang saya buat sepanjang hidup, saya mendapatkan bahwa ada banyak kesempatan bagi kita semua yang tak terbatas oleh pikiran dan kesan kita. Hal yang kakek saya sadari saat sudah terlambat, yang belum beliau lakukan, beliau tantangkan kepada saya untuk me- lakukannya. Melalui buku ini, saya teruskan kepada Anda tan- tangan yang sama.
 

 

90% Potensi yang Tersembunyi

Kecerdasan dan semangat manusia adalah kreasi terhebat yang kita kenal, tetapi sebagian besar dari kita menggunakan kepandaian atau kekuatan kita itu baru dalam persentase yang sangat kecil. Ibaratnya, pada waktu lahir kita masing-masing diberi sebuah pesawat jet. Pesawat tersebut bisa terbang-pesawat ini dibuat untuk terbang-tetapi kita tidak bisa melihatnya; kita tidak tahu apa yang sebenarnya kita punya. Jadi, yang kita semua lakukan adalah mengelap sayapnya atau memanaskan mesinnya setiap pagi hanya untuk efek suaranya, lalu menutup pintu hangar seharian. Bagaimana Anda bisa membuat pesawat itu terbang adalah yang akan disampaikan oleh buku ini.

Begitu menerima tantangan Kakek, saya hanya sedikit menyadari bahwa hal itu akan membentuk tak hanya hidup pribadi saya, tetapi juga jalan profesional saya bertahun-tahun kemudian setelah kematian Kakek. Tantangannya telah mengalihkan saya ke kehidupan pembelajaran dan kepemimpinan secara independen dari perspektif yang berbeda, bagaikan orang awam mencari segala kemungkinan manusiawi yang tersembunyi. Hal ini mendorong saya untuk melakukan perjalanan jauh dan juga mengamati dunia lebih dekat di mana pun saya berada, mempertanyakan aneka pertanyaan yang tak biasa tentang bagaimana setiap hari orang-orang melakukan hal-hal istimewa: para penemu, orangtua, anak-anak, guru, pemimpin bisnis, pemikir, dan para pelaku kehidupan ini. Dari waktu ke waktu, saya menyaksikan mereka melakukan hal-hal yang tak mungkin, melawan semua keganjilan. Tindakan mereka, besar ataupun kecil, telah mengubah saya, merentang cara berpikir saya, dan lebih membangunkan hati dan semangat saya selamanya. Saya bukanlah orang yang sama seperti dahulu.
 

Kakek saya percaya pada pepatah, "Kita menggunakan hanya 10% potensi yang kita miliki selama kita hidup." Lalu, bagaimana dengan selebihnya, tanya Kakek. Itulah sebabnya Kakek memberikan kesempatan kepada saya untuk menemukan apa yang kami sebut "90% potensi yang tersembunyi atau potensi-raksasa yang tertidur". Kakek pun takjub saat mengetahui bahwa beberapa tahun sebelumnya, para bijak bestari mengubah pendapat: penelitian menunjukkan bahwa kita menggunakan bukannya sepersespuluh, melainkan seperseribu kemampuan kita!

Setiap kali Kakek mendapati saya dalam pencapaian sedikit di atas batas, perjuangan dengan kebiasaan, atau penghabisan banyak waktu atau usaha mencoba menghasilkan sedikit manfaat, beliau akan berkata, "Bagaimana dengan potensi-raksasa yang tertidur, Robert?" Inilah cara Kakek mendorong saya untuk mengubah cara pandang saya, melihat lebih dalam, dan berhasrat mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan yang tersembunyi.

Saya yakin bahwa terobosan yang paling menggairahkan pada abad ini akan datang tidak hanya dari kemajuan teknologi, tetapi juga dari realisasi lebih dalam tentang makna bagi sebagian besar manusia dan kehidupan. Banyak pilihan yang secara dramatis bisa mengubah hidup kita adalah hal kecil dan mudah diraih, tetapi hanya sedikit orang yang bisa mengenali atau mengetahui bagaimana menerapkan hal itu.

William James, seorang perintis dalam filosofi dan psikologi mengatakan, "Semua kehidupan adalah sebuah massa pilihan kecil-praktis, emosional, dan intelektual-yang diorganisasi secara sistematis apakah pilihan-pilihan ini bisa diubah, dia menjawab, "Ya, sekali cara sistematis untuk kejayaan atau kegagalan kita." Saat ditanya setiap waktu. Namun, jangan lupa bahwa bukan hanya mimpi besar kita yang membentuk kenyataan .... "Pilihan kecil dengan sangat menarik menunjang kita atas takdir kita."

Selama berabad-abad, ada anggapan bahwa terdapat batas yang besar atas kemampuan manusia. Kini, tuan rumah penemuan ilmiah membuktikan hal itu salah, tetapi cara-pikir terbatas masih bertahan menutup kita dari berbagai kemungkinan hebat kita dan meninggalkan kita dengan perasaan yang dir stres, perubahan, dan ketidakpastian. Tak soal sekeras apa pun kita bekerja, tak masalah sebanyak apa pun kita memberi, kita masih belum mendapatkan apa yang kita harapkan.

Garis batas berikutnya bukan hanya di depan Anda, batas tersebut ada di dalam diri Anda. Anda memiliki potensi-raksasa yang tertidur dan takdir mengisyaratkan untuk bangun. Begitulah kita semua. Tak seorang pun bisa membangunkannya di tempat Anda.

 

Tak ada hasrat yang ditemukan berperan kecil -dalam memuaskan sebuah jiwa yang kurang daripada hasrat yang bisa membuatmu hidup.

-NELSON MANDELA

No comments:

Post a Comment