Wednesday 29 March 2023

#22HBB Day 7 and Day 8 Buku "Dunia Sophie" karya Jostein Gaarder

 


Day 7 #22HBB Vol. 2 (28 Maret 2023)

5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽

📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 260-293/ 798

Insight/rangkuman/catatan:

Setelah seminggu Sophie tidak mendapat surat dari Alberto Knox. Ia mendapat dua kartu pos dari ayah Hilde. Setelah itu telepon berdering, dan itu dari Alberto Knox. Ia menyebutkan bahwa tidak akan ada lagi surat kali ini, Alberto akan menemui langsung Sophie untuk menjelaskan pelajaran nya. Dan kali ini ia ingin menemui Sophie di Gereja St. Mary untuk menjelaskan pelajaran: "Abad Pertengahan".

Abad Pertengahan adalah Abad Kegelapan Eropa sebelum akhirnya masuk ke Renaisans atau abad pencerahan yang berlangsung selama 1400 tahun setelah masa Yesus. Pada masa ini kerajaan Romawi hancur dan jumlah penduduk berkurang drastis.

Sebagian tulisan Aristoteles dan Plato tetap dikenal. Tapi kekaisaran Romawi Kuno lambat laun terbagi ke dalam tiga kebudayaan yang berbeda. Di Eropa Barat, kita mendapati kebudayaan Kristen Latin dengan Roma sebagai ibukotanya. Di Eropa Timur kita bertemu dengan kebudayaan Kristen Yunani dengan Konstantinopel sebagai ibukotanya. Kota ini mulai disebut dengan nama Yunani nya, Bizantium. Oleh karena itu, kita membicarakan Abad Pertengahan Bizantium yang berbeda dengan Abad Pertengahan Katolik Roma. Namun, Afrika Utara dan Timur Tengah juga telah menjadi bagian kekaisaran Romawi. Daerah ini pada Abad Pertengahan berkembang menjadi kebudayaan Muslim yang menggunakan Bahasa Arab. Setelah wafatnya Muhammad pada 632, baik Timur Tengah maupun Afrika Utara berhasil direbut Islam. Tidak lama kemudian, Spanyol pun menjadi bagian dunia kebudayaan Islam. Islam menetapkan Makkah, Madinah, Jerusalem, dan Bagdad sebagai kota-kota suci. Dari sudut pandang sejarah kebudayaan, adalah menarik untuk mencatat bahwa bangsa Arab juga mengambil alih kota Helenistik kuno, Alexandria. Dengan demikian, banyak di antara ilmu pengetahuan Yunani Kuno diwarisi oleh bangsa Arab.

Sepanjang Abad Pertengahan, bangsa Arab sangat menonjol dalam bidang ilmu pengetahuan seperti matematika, kimia, astronomi, dan ilmu kedokteran. Sekarang ini kita masih menggunakan angka-angka Arab. Di sejumlah wilayah, kebudayaan Arab lebih unggul daripada kebudayaan Kristen.

Sophie penasaran bagaimana dengan Filsafat Yunani pada Abad Pertengahan. Alberto menjawab bahwa kebudayaan Yunani-Romawi terbagi, tapi berhasil mempertahankan dirinya dalam tiga kebudayaan: Katolik Roma di barat, Bizantium di timur, dan Arab di selatan. Meskipun ini merupakan penyederhanaan yang berlebihan, dapat dikatakan bahwa Neoplatoisme diturunkan di barat, Plato di timur, dan Aristoteles kepada bangsa Arab di selatan. Tapi masing-masing masih menyimpan ciri yang sama. Maksudnya pada akhir Abad Pertengahan ketiga aliran itu menyatu di Italia Utara. Pengaruh Arab datang dari bangsa Arab di Spanyol, pengaruh Yunani dari Yunani dan kekaisaran Bizantium. Dan kini kita melihat awal Renaisans, "kelahiran kembali" kebudayaan Yunani Kuno. Dalam satu pengertian, kebudayaan Yunani Kuno tetap bertahan melewati Abad Kegelapan.

Para filosof Abad Pertengahan menerima nyaris dengan begitu saja bahwa agama Kristen itu benar. Pertanyaannya adalah apakah kita semata-mata memercayai wahyu Kristen atau apakah kita dapat melakukan pendekatan pada kebenaran-kebenaran Kristen dengan bantuan akal. Apa hubungan antara para filosof Yunani dan pernyataan-pernyataan dalam Bibel? Apakah ada pertentangan antara Bibel dan akal, atau apakah iman dan pengetahuan itu bersesuaian? Hampir semua Filsafat Abad Pertengahan berkutat pada satu pertanyaan ini. 

Dua diantara filosof yang paling menonjol adalah St. Agustin yang hidup dari 354 hingga 430 dan Thomas Aquinas yang hidup dari tahun 1225 sampai 1274. St Agustin menempatkan gagasan Plato dalam diri Tuhan dan dengan cara itu mempertahankan pandangan Plato mengenai ide-ide Plato. Untuk Aquinas singkatnya dapat dikatakan bahwa Aquinas mengkristenkan Aristoteles dengan cara sebelumnya St. Agustin mengkristenkan Plato pada awal Abad Pertengahan. 'Mengkristenkan' kedua filosof besar Yunani ini, yang kita maksudkan hanyalah bahwa mereka ditafsirkan dan dijelaskan dengan sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi dianggap ancaman bagi dogma Kristen. Aquinas adalah salah satu di antara orang-orang yang berusaha membuat Filsafat Aristoteles sesuai dengan agama Kristen. Kita anggap dia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan. Dia melakukan hal ini dengan memasuki Filsafat Aristoteles dan mencerna kata-katanya.

@salmanreadingcorner @fimbandung @fimtangerangraya @22haribacabuku

 



 

Day 8 #22HBB Vol. 2 (29 Maret 2023)

5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽

📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 294-338 / 798

Insight/rangkuman/catatan:

Ibunya Sophie melihat seekor anjing mengorek pagar taman dekat sarang persembunyian Sophie dan Sophie menduga itulah Hermes. Dan ternyata ya itu adalah Hermes. Sophie pun meminta izin kepada Ibu nya untuk mengantarkan anjing itu pulang.

Hermes pun mengantarkan Sophie ke kawasan bangunan tua di pinggir kota. Mereka berhenti di salah satu bangunan dan pergi ke atas loteng, disana Sophie bertemu dengan Alberto Knox. Alberto menjelaskan pelajaran mengenai Renaisans.

Agama dan ilmu pengetahuan pada masa itu dapat berhubungan secara lebih bebas satu sama lain, terbukalah jalan pada metode-metode ilmiah baru dan semangat keagamaan yang baru pula. Maka, terciptalah landasan bagi dua kehebohan besar pada abad kelima belas dan keenam belas, yaitu Renaisans dan Reformasi.

Tiga penemuan yaitu kompas, senjata api, dan percetakan merupakan prasyarat penting bagi periode baru ini yang kita sebut Renaisans.

Kompas membuat pelayaran lebih mudah. Dengan kata lain, ia menjadi dasar bagi pelayaran-pelayaran besar untuk menemukan sesuatu. Demikian pula senjata api, dalam satu hal. Senjata baru itu memberikan pada bangsa-bangsa Eropa keunggulan militer atas kebudayaan Amerika dan Asia, meskipun senjata api juga merupakan faktor penting di Eropa. Percetakan memainkan peranan penting dalam menyebarkan gagasan-gagasan baru Kaum humanis Renaisans. Dan seni percetakan merupakan salah satu faktor yang memaksa Gereja untuk melepaskan posisi awalnya sebagai satu-satu nya penyebar pengetahuan. Penemuan-penemuan dan instrumen- instrumen baru mulai mengikuti dengan cepat. Salah satu instrumen penting, misal nya adalah teleskop, yang menghasilkan suatu landasan lain yang sama sekali baru untuk astronomi.

Di atas semuanya, Renaisans menimbulkan pandangan baru tentang manusia. Humanisme Renaisans membawa kepercayaan baru pada manusia dan nilainya, sangat bertentangan dengan tekanan dari Abad Pertengahan yang penuh prasangka pada hakikat manusia yang penuh dosa. Pada masa ini manusia dianggap sangat hebat dan berharga. Salah satu tokoh utama dari zaman Renaisans adalah Marsilio Picino, yang berseru: 'Kenalilah dirimu sendiri, wahai keturunan Ilahi dalam samaran sebagai manusia!" Tokoh utama lainnya, Pico della Mirandola, menulis Pidato tentang Kemuliaan Manusia (Oration on the Dignity of Man), sesuatu yang pasti tak terpikirkan di Abad Pertengahan.

Sepanjang periode Abad Pertengahan, titik tolak selalu pada Tuhan. Kaum Humanis zaman Renaisans mengambil titik tolak dari manusia itu sendiri. Tapi begitu pula para filosof Yunani kata Sophie. Alberto menjawab karena itulah maka kita membicarakan 'kelahiran kembali' humanisme zaman Yunani Kuno. Tapi humanisme Renaisans jauh lebih dikenal karena tekanan nya pada individualisme. Kita bukan hanya umat manusia, kita adalah individu-individu yang unik. Gagasan inilah yang selanjutnya mendorong pada pemujaan tak terkendali pada kecerdasan pikiran. Maka yang ideal jadinya adalah yang kita namakan manusia Renaisans, yaitu manusia dengan kecerdasan universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan, kesenian, dan ilmu pengetahuan.

Sejak abad keempat belas, semakin banyak ahli pikir yang memberikan peringatan terhadap kepercayaan buta kepada otoritas lama, entah itu doktrin agama atau Filsafat alam Aristoteles. Juga timbul peringatan terhadap kepercayaan bahwa segala masalah dapat dipecahkan semata-mata melalui pikiran. Kepercayaan yang berlebihan pada pentingnya akal telah mengakar sepanjang Abad Pertengahan. Kini dikatakan bahwa setiap penyelidikan terhadap fenomena alam harus didasarkan pada pengamatan, pengalaman, dan percobaan. Kita menyebut ini metode empiris.

'Ukurlah apa yang dapat diukur dan buatlah agar dapat diukur sesuatu yang tidak dapat diukur', kata si orang Italia, Galileo Galilei, yang merupakan salah seorang ilmuwan paling penting dari abad ketujuh belas. Dia mengatakan bahwa buku alam ditulis dengan bahasa matematika.

Hal ini membawa kita menuju pandangan dunia yang baru. Sepanjang Abad Pertengahan dipercayai bahwa bumi lah pusat alam raya. Tapi pada 1543 sebuah buku kecil diterbitkan dengan judul 'Tentang Pergerakan Lingkaran Langit' (On the Revolutions of the Celestial Spheres). Buku ini ditulis oleh seorang ahli astronomi Polandia bernama Nicolaus Copernicus, yang meninggal pada hari buku itu terbit. Ia mengatakan bukan matahari yang bergerak mengelilingi bumi, melainkan sebaliknya.

Pada awal 1600-an ahli astronomi Jerman, Johannes Kepler, menunjukkan hasil pengamatan komprehensifnya yang membuktikan bahwa planet-planet itu bergerak dalam orbit berbentuk elips -atau bulat telur- dengan matahari sebagia pusat nya.

Lalu datanglah ahli fisika Inggris Isaac Newton, yang hidup dari 1642 hingga 1727. Dialah yang memberikan deskripsi final tentang tata surya dan orbit planet. Dia tidak hanya dapat menggambarkan bagaimana gerakan planet-planet mengelilingi matahari, diapun menjelaskan mengapa begitu. Dia mampu melakukan hal itu dengan mengacu pada apa yang kita sebut dinamika Galileo. Dan ia pun yang merumuskan apa yang kita namakan Hukum Gravitasi Universal.

Dan zaman besar selanjutnya dalam sejarah umat manusia adalah Zaman Barok. Dan Alberto akan menyimpan nya untuk hari lain.

@salmanreadingcorner @fimbandung @fimtangerangraya @22haribacabuku

No comments:

Post a Comment