Day 7 #22HBB Vol. 2 (28 Maret 2023)
5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽
📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 260-293/ 798
Insight/rangkuman/catatan:
Setelah
seminggu Sophie tidak mendapat surat dari Alberto Knox. Ia mendapat dua
kartu pos dari ayah Hilde. Setelah itu telepon berdering, dan itu dari
Alberto Knox. Ia menyebutkan bahwa tidak akan ada lagi surat kali ini,
Alberto akan menemui langsung Sophie untuk menjelaskan pelajaran nya.
Dan kali ini ia ingin menemui Sophie di Gereja St. Mary untuk
menjelaskan pelajaran: "Abad Pertengahan".
Abad Pertengahan
adalah Abad Kegelapan Eropa sebelum akhirnya masuk ke Renaisans atau
abad pencerahan yang berlangsung selama 1400 tahun setelah masa Yesus.
Pada masa ini kerajaan Romawi hancur dan jumlah penduduk berkurang
drastis.
Sebagian tulisan Aristoteles dan Plato tetap dikenal.
Tapi kekaisaran Romawi Kuno lambat laun terbagi ke dalam tiga kebudayaan
yang berbeda. Di Eropa Barat, kita mendapati kebudayaan Kristen Latin
dengan Roma sebagai ibukotanya. Di Eropa Timur kita bertemu dengan
kebudayaan Kristen Yunani dengan Konstantinopel sebagai ibukotanya. Kota
ini mulai disebut dengan nama Yunani nya, Bizantium. Oleh karena itu,
kita membicarakan Abad Pertengahan Bizantium yang berbeda dengan Abad
Pertengahan Katolik Roma. Namun, Afrika Utara dan Timur Tengah juga
telah menjadi bagian kekaisaran Romawi. Daerah ini pada Abad Pertengahan
berkembang menjadi kebudayaan Muslim yang menggunakan Bahasa Arab.
Setelah wafatnya Muhammad pada 632, baik Timur Tengah maupun Afrika
Utara berhasil direbut Islam. Tidak lama kemudian, Spanyol pun menjadi
bagian dunia kebudayaan Islam. Islam menetapkan Makkah, Madinah,
Jerusalem, dan Bagdad sebagai kota-kota suci. Dari sudut pandang sejarah
kebudayaan, adalah menarik untuk mencatat bahwa bangsa Arab juga
mengambil alih kota Helenistik kuno, Alexandria. Dengan demikian, banyak
di antara ilmu pengetahuan Yunani Kuno diwarisi oleh bangsa Arab.
Sepanjang Abad
Pertengahan, bangsa Arab sangat menonjol dalam bidang ilmu pengetahuan
seperti matematika, kimia, astronomi, dan ilmu kedokteran. Sekarang ini
kita masih menggunakan angka-angka Arab. Di sejumlah wilayah, kebudayaan
Arab lebih unggul daripada kebudayaan Kristen.
Sophie penasaran
bagaimana dengan Filsafat Yunani pada Abad Pertengahan. Alberto menjawab
bahwa kebudayaan Yunani-Romawi terbagi, tapi berhasil mempertahankan
dirinya dalam tiga kebudayaan: Katolik Roma di barat, Bizantium di
timur, dan Arab di selatan. Meskipun ini merupakan penyederhanaan yang
berlebihan, dapat dikatakan bahwa Neoplatoisme diturunkan di barat,
Plato di timur, dan Aristoteles kepada bangsa Arab di selatan. Tapi
masing-masing masih menyimpan ciri yang sama. Maksudnya pada akhir Abad
Pertengahan ketiga aliran itu menyatu di Italia Utara. Pengaruh Arab
datang dari bangsa Arab di Spanyol, pengaruh Yunani dari Yunani dan
kekaisaran Bizantium. Dan kini kita melihat awal Renaisans, "kelahiran
kembali" kebudayaan Yunani Kuno. Dalam satu pengertian, kebudayaan
Yunani Kuno tetap bertahan melewati Abad Kegelapan.
Para filosof
Abad Pertengahan menerima nyaris dengan begitu saja bahwa agama Kristen
itu benar. Pertanyaannya adalah apakah kita semata-mata memercayai wahyu
Kristen atau apakah kita dapat melakukan pendekatan pada
kebenaran-kebenaran Kristen dengan bantuan akal. Apa hubungan antara
para filosof Yunani dan pernyataan-pernyataan dalam Bibel? Apakah ada
pertentangan antara Bibel dan akal, atau apakah iman dan pengetahuan itu
bersesuaian? Hampir semua Filsafat Abad Pertengahan berkutat pada satu
pertanyaan ini.
Dua diantara filosof
yang paling menonjol adalah St. Agustin yang hidup dari 354 hingga 430
dan Thomas Aquinas yang hidup dari tahun 1225 sampai 1274. St Agustin
menempatkan gagasan Plato dalam diri Tuhan dan dengan cara itu
mempertahankan pandangan Plato mengenai ide-ide Plato. Untuk Aquinas
singkatnya dapat dikatakan bahwa Aquinas mengkristenkan Aristoteles
dengan cara sebelumnya St. Agustin mengkristenkan Plato pada awal Abad
Pertengahan. 'Mengkristenkan' kedua filosof besar Yunani ini, yang kita
maksudkan hanyalah bahwa mereka ditafsirkan dan dijelaskan dengan
sedemikian rupa sehingga mereka tidak lagi dianggap ancaman bagi dogma
Kristen. Aquinas adalah salah satu di antara orang-orang yang berusaha
membuat Filsafat Aristoteles sesuai dengan agama Kristen. Kita anggap
dia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan. Dia
melakukan hal ini dengan memasuki Filsafat Aristoteles dan mencerna
kata-katanya.
@salmanreadingcorner @fimbandung @fimtangerangraya @22haribacabuku
Day 8 #22HBB Vol. 2 (29 Maret 2023)
5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽
📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 294-338 / 798
Insight/rangkuman/catatan:
Ibunya
Sophie melihat seekor anjing mengorek pagar taman dekat sarang
persembunyian Sophie dan Sophie menduga itulah Hermes. Dan ternyata ya
itu adalah Hermes. Sophie pun meminta izin kepada Ibu nya untuk
mengantarkan anjing itu pulang.
Hermes pun mengantarkan Sophie ke
kawasan bangunan tua di pinggir kota. Mereka berhenti di salah satu
bangunan dan pergi ke atas loteng, disana Sophie bertemu dengan Alberto
Knox. Alberto menjelaskan pelajaran mengenai Renaisans.
Agama dan
ilmu pengetahuan pada masa itu dapat berhubungan secara lebih bebas
satu sama lain, terbukalah jalan pada metode-metode ilmiah baru dan
semangat keagamaan yang baru pula. Maka, terciptalah landasan bagi dua
kehebohan besar pada abad kelima belas dan keenam belas, yaitu Renaisans
dan Reformasi.
Tiga penemuan yaitu kompas, senjata api, dan
percetakan merupakan prasyarat penting bagi periode baru ini yang kita
sebut Renaisans.
Kompas membuat pelayaran lebih mudah. Dengan
kata lain, ia menjadi dasar bagi pelayaran-pelayaran besar untuk
menemukan sesuatu. Demikian pula senjata api, dalam satu hal. Senjata
baru itu memberikan pada bangsa-bangsa Eropa keunggulan militer atas
kebudayaan Amerika dan Asia, meskipun senjata api juga merupakan faktor
penting di Eropa. Percetakan memainkan peranan penting dalam menyebarkan
gagasan-gagasan baru Kaum humanis Renaisans. Dan seni percetakan
merupakan salah satu faktor yang memaksa Gereja untuk melepaskan posisi
awalnya sebagai satu-satu nya penyebar pengetahuan. Penemuan-penemuan
dan instrumen- instrumen baru mulai mengikuti dengan cepat. Salah satu
instrumen penting, misal nya adalah teleskop, yang menghasilkan suatu
landasan lain yang sama sekali baru untuk astronomi.
Di atas semuanya,
Renaisans menimbulkan pandangan baru tentang manusia. Humanisme
Renaisans membawa kepercayaan baru pada manusia dan nilainya, sangat
bertentangan dengan tekanan dari Abad Pertengahan yang penuh prasangka
pada hakikat manusia yang penuh dosa. Pada masa ini manusia dianggap
sangat hebat dan berharga. Salah satu tokoh utama dari zaman Renaisans
adalah Marsilio Picino, yang berseru: 'Kenalilah dirimu sendiri, wahai
keturunan Ilahi dalam samaran sebagai manusia!" Tokoh utama lainnya,
Pico della Mirandola, menulis Pidato tentang Kemuliaan Manusia (Oration
on the Dignity of Man), sesuatu yang pasti tak terpikirkan di Abad
Pertengahan.
Sepanjang periode Abad Pertengahan, titik tolak
selalu pada Tuhan. Kaum Humanis zaman Renaisans mengambil titik tolak
dari manusia itu sendiri. Tapi begitu pula para filosof Yunani kata
Sophie. Alberto menjawab karena itulah maka kita membicarakan 'kelahiran
kembali' humanisme zaman Yunani Kuno. Tapi humanisme Renaisans jauh
lebih dikenal karena tekanan nya pada individualisme. Kita bukan hanya
umat manusia, kita adalah individu-individu yang unik. Gagasan inilah
yang selanjutnya mendorong pada pemujaan tak terkendali pada kecerdasan
pikiran. Maka yang ideal jadinya adalah yang kita namakan manusia
Renaisans, yaitu manusia dengan kecerdasan universal yang mencakup
seluruh aspek kehidupan, kesenian, dan ilmu pengetahuan.
Sejak
abad keempat belas, semakin banyak ahli pikir yang memberikan peringatan
terhadap kepercayaan buta kepada otoritas lama, entah itu doktrin agama
atau Filsafat alam Aristoteles. Juga timbul peringatan terhadap
kepercayaan bahwa segala masalah dapat dipecahkan semata-mata melalui
pikiran. Kepercayaan yang berlebihan pada pentingnya akal telah mengakar
sepanjang Abad Pertengahan. Kini dikatakan bahwa setiap penyelidikan
terhadap fenomena alam harus didasarkan pada pengamatan, pengalaman, dan
percobaan. Kita menyebut ini metode empiris.
'Ukurlah apa yang dapat
diukur dan buatlah agar dapat diukur sesuatu yang tidak dapat diukur',
kata si orang Italia, Galileo Galilei, yang merupakan salah seorang
ilmuwan paling penting dari abad ketujuh belas. Dia mengatakan bahwa
buku alam ditulis dengan bahasa matematika.
Hal ini membawa kita
menuju pandangan dunia yang baru. Sepanjang Abad Pertengahan dipercayai
bahwa bumi lah pusat alam raya. Tapi pada 1543 sebuah buku kecil
diterbitkan dengan judul 'Tentang Pergerakan Lingkaran Langit' (On the
Revolutions of the Celestial Spheres). Buku ini ditulis oleh seorang
ahli astronomi Polandia bernama Nicolaus Copernicus, yang meninggal pada
hari buku itu terbit. Ia mengatakan bukan matahari yang bergerak
mengelilingi bumi, melainkan sebaliknya.
Pada awal 1600-an ahli
astronomi Jerman, Johannes Kepler, menunjukkan hasil pengamatan
komprehensifnya yang membuktikan bahwa planet-planet itu bergerak dalam
orbit berbentuk elips -atau bulat telur- dengan matahari sebagia pusat
nya.
Lalu datanglah ahli fisika Inggris Isaac Newton, yang hidup
dari 1642 hingga 1727. Dialah yang memberikan deskripsi final tentang
tata surya dan orbit planet. Dia tidak hanya dapat menggambarkan
bagaimana gerakan planet-planet mengelilingi matahari, diapun
menjelaskan mengapa begitu. Dia mampu melakukan hal itu dengan mengacu
pada apa yang kita sebut dinamika Galileo. Dan ia pun yang merumuskan
apa yang kita namakan Hukum Gravitasi Universal.
Dan zaman besar selanjutnya dalam sejarah umat manusia adalah Zaman Barok. Dan Alberto akan menyimpan nya untuk hari lain.
@salmanreadingcorner @fimbandung @fimtangerangraya @22haribacabuku
No comments:
Post a Comment