Thursday 12 October 2023

Kutipan Buku "Agribisnis Kreatif" karya Pak Dr. Iwan Setiawan - Pelaku-Pelaku Agribisnis Kreatif dan Agribisnis Beradab - Habis

 

 

Berikut ini beberapa kutipan dan poin-poin yang menarik perhatian saya dari buku "Agribisnis Kreatif: Pilar Wirausaha Masa Depan, Kekuatan Dunia Baru Menuju Kemakmuran Hijau" karya Pak Dr. Iwan Setiawan di bab  Pelaku-Pelaku Agribisnis Kreatif dan Bab Penutup Agribisnis Beradab. Selamat Menyimak!

Pelaku-Pelaku Agribisnis Kreatif, diantaranya:

(1) Petani Kreatif
(2) Pemuda Tani Kreatif
(3) Sarjana Kreatif
(4) Penyuluh Kreatif
(5) Pengusaha Agroindustri Kreatif
(6) Peneliti Kreatif
(7) Pendidik dan Pelatih Kreatif
(8) Pelaku Kebijakan Kreatif

Penutup: Agribisnis Beradab

Pertanyaannya kemudian, siapa dan dari mana memulai membangun agribisnis kreatif dan beradab? Seperti diungkapkan Ismail dan Louis Lamya Al-Faruq, Fritjof Capra, dan Arnold Toynbe, sebuah peadaban sejatinya dibangun oleh minoritas kreatif. Artinya, membangun agribisnis beradab hanya akan terwujud jika dan hanya jika tumbuh minoritas kreatif. Siapa minoritas kreatif itu? adalah anak bangsa kelompok pelaku agribisnis muda yang berakhlak, yang mengedepankan keberagaman, yang berani keluar dari homogenitas, yang memberontak dari kemapanan, yang menawarkan gagasan alternatif produktif, yang menentang berpikir reproduktif, yang berpikir divergen dan anomali, serta memiliki militansi dalam menemukan, menyosialisasikan, dan memasarkan kreasi bangsanya sendiri. Mereka adalah kelompok pemuda yang memberontak jeruji "isme" kolonisasi dan kendali hegemoni, yang berdaya dan berjiwa, yang sadar dan berjuang dengan kemandirian, yang kritis [bukan anti] terhadap status quo, yang kosmopolit, yang adaptif terhadap dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi, serta yang melek ekologis. Minoritas yang mampu melakukan secara bersama berpikir dan bertindak kreatif.

Catatan Akhir

Agribisnis yang beradab merupakan kunci sukses bagi terwujudnya sistem kemakmuran Indonesia, yakni kemakuran hijau (green prosperity). Sebuah kemakmuran yang akan tercapai jika dan hanya jika diinisiasi oleh generasi yang berakhlak, cerdas, kreatif, dinamis, memiliki kesadaran (consciousness), keingintahuan (curiousity) tinggi, beridentitas, berpengetahuan, berilmu, berteknologi, berpengertian, dan berjiwa (soulness). Generasi-generasi yang melahirkan karya-karya kreatif unggul (competitive). Karya-karya kreatif yang berbasis sumber daya alam unggulan bangsa, sumber daya berbasis agraris dan maritim yang membentang luas di daratan dan lautan, di perut dan permukaan bumi. Generasi yang polymath dan produktif, yang menghasilkan invensi dan inovasi tiada henti. Generasi yang terbebas dari virus "isme" kolonisasi. Generasi yang berani membalik ritus homogenisasi menjadi heterogenisasi, ritus konsumtif menjadi produktif, serta ritus brain-drain (migrasi) menjadi brain-gain. Generasi yang berani mengubah budaya instan dan eksploitatif menjadi budaya "militan" dan berkelanjutan. Generasi yang berani menggeser strategi dari subsistensi menjadi agroindustri, dan kebiasaan mengimpor menjadi mengekspor. Generasi yang siap mengganti budaya "kuli" (hanya sekedar menyediakan kebutuhan bahan mentah untuk negara lain) menjadi budaya "mulia" (mengeksplor berbagai produk olahan/turunan sumber daya alam, agraris, dan maritim yang berkualitas). Generasi yang berkoneksi dan berorganisasi, yang berbasis jejaring ICT dan komunitas, yang mampu mengelola dan mengombinasikan sains formal, sains empirikal, dan sains normal, serta mengomersialisasikan berbagai produk kreatif bangsa bagi memperluas dan memperkuat gerak pertumbuhan menjadi kemakmuran dan kebahagiaan yang berkelanjutan.

"Kreativitas atau kreatif dapat didefinisikan sebagai melihat yang tidak dilihat orang lain, memikirkan yang tidak dipikirkan orang lain, dan mengerjakan hal yang tidak dikerjakan orang lain."