Day 13 #22HBB Vol. 2 (3 April 2023)
5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽
📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 498-527 / 798
Insight/rangkuman/catatan:
Immanuel
Kant dilahirkan pada 1724 di sebuah kota di Prusia Timur bernama
Konigsberg, putra seorang pembuat pelana kuda. Dia tinggal di sana
praktis sepanjang hidup nya hingga dia meninggal pada umur delapan puluh
tahun. Keluarga nya sangat saleh, dan keyakinan agama nya sendiri
menjadi latar belakang penting bagi filosofinya. Seperti Berkeley, dia
merasa sangatlah penting untuk melestarikan dasar-dasar kepercayaan
Kristiani.
Kant adalah filosof pertama yang sejauh ini kita
ketahui pernah mengajarkan Filsafat di Universitas. Dia adalah Profesor
dalam bidang Filsafat. Alberto menjelaskan ada dua jenis filosof. Yang
satu adalah orang yang mencari jawaban sendiri bagi
pertanyaan-pertanyaan filosofis. Yang satu nya lagi adalah orang yang
menjadi ahli dalam sejarah Filsafat tapi tidak menyusun filosofi nya
sendiri, dan Kant adalah gabungan dari dua jenis filosof ini.
Kant
beranggapan bahwa baik 'indra' maupun 'akal' sama-sama memainkan
peranan dalam konsepsi kita mengenai dunia. Tapi dia beranggapan bahwa
kaum rasionalis selangkah terlalu jauh dalam pernyataan mereka tentang
seberapa banyak akal dapat memberikan sumbangan, dan dia juga
beranggapan bahwa kaum empirisis memberikan tekanan terlalu besar pada
pengalaman indra.
Kant menyatakan bahwa bukan hanya pikiran yang
menyesuaikan diri dengan segala sesuatu. Segala sesuatu itu sendiri
menyesuaikan diri dengan pikiran. Kant menyebut ini Revolusi Copernicus
dalam masalah pengetahuan manusia.
Filsafat Kant setuju
dengan Hume bahwa kita tidak dapat mengetahui secara pasti seperti apa
dunia 'itu sendiri'. Kita hanya dapat mengetahui bahwa dunia itu seperti
yang tampak 'bagiku' -atau bagi semua orang. Sumbangan terbesar yang
diberikan Kant pada Filsafat adalah garis pembatas yang ditariknya
antara benda-benda itu sendiri -das Ding an sich- dan benda-benda
sebagaimana yang tampak di mata kita. Kant mengemukakan perbedaan jelas
antara 'benda itu sendiri' dan 'benda itu bagiku'. Kita tidak pernah
dapat mempunyai pengetahuan tentang benda-benda 'itu sendiri'. Kita
hanya dapat mengetahui bagaimana benda-benda itu 'tampak' bagi kita.
Sebaliknya, sebelum terjadi nya pengalaman apapun, kita dapat mengatakan
sesuatu tentang bagaimana benda-benda itu akan ditangkap oleh pikiran
manusia.
Kant pun membuka suatu dimensi keagamaan. Disanalah,
dimana akal maupun pengalaman tidak ada, terjadi kekosongan yang dapat
diisi oleh oleh iman.
Kemampuan untuk menentukan yang benar dan
yang salah itu sama-sama merupakan bawaan lahir sebagaimana sifat-sifat
akal yang lain. Hanya karena kita ini makhluk yang cerdas, misalnya,
karena memahami segala sesuatu itu mempunyai hubungan kausal, kita
semua mempunyai akses pada Hukum Moral Universal yang sama.
Kant
merumuskan Hukum Moral sebagai suatu perintah pasti. Dengan ini yang
dimaksudkannya adalah bahwa Hukum Moral itu 'pasti', atau bahwa ia
berlaku untuk semua situasi. Lagi pula, ia berupa 'perintah' yang
berarti memiliki kekuatan dan kewenangan mutlak.
Kant merumuskan
'perintah pasti' ini dengan berbagai cara. Pertama-tama dia mengatakan:
"Bertindaklah sesuai dengan ketentuan Hukum Universal". Kant juga
merumuskan 'perintah pasti' itu dengan cara begini: "Bertindaklah dengan
cara sedemikian rupa sehingga kamu selalu menghormati perikemanusiaan,
entah kepada dirimu sendiri maupun kepada orang lain, bukan hanya
sekali-sekali, melainkan selalu dan selamanya."
(Selesai)
@salmanreadingcorner @fimbandung @fimtangerangraya @22haribacabuku
Day 14 #22HBB Vol. 2 (4 April 2023)
5 - 64 – Dzikra Yuhasyra ⚽
📚 Dunia Sophie - Jostein Gaarder – hlm. 528-574 / 798
Insight/rangkuman/catatan:
Alberto
memberikan pelajaran lanjutan. Sebelumnya kita telah membicarakan
Renaisans, periode Barok, dan Pencerahan. Hari ini kita akan
membicarakan Romantisisme, yang dapat digambarkan sebagai masa
kebudayaan besar terakhir di Eropa, kita sedang mendekati akhir sebuah
kisah panjang.
Romantisisme dimulai menjelang akhir abad
kedelapan belas dan berlangsung hingga pertengahan abad kesembilan
belas. Tapi setelah 1850 orang tidak dapat lagi membicarakan seluruh
'masa' yang terdiri dari puisi, Filsafat, seni, ilmu pengetahuan, dan
musik.
Pernah dikatakan bahwa Romantisisme adalah pendekatan umum
terakhir Eropa terhadap kehidupan. Itu dimulai di Jerman, dan timbul
sebagai reaksi terhadap tekanan Pencerahan yang sangat kuat pada akal.
Setelah Kant dan intelektualismenya yang sejuk, seakan-akan pemuda
Jerman mengembuskan napas lega.
Mereka menggantikannya dengan
slogan baru seperti, 'perasaan', 'imajinasi', 'pengalaman', dan
'kerinduan'. Beberapa ahli pikir Pencerahan telah menarik perhatian pada
pentingnya perasaan -lebih-lebih Rosseau- tapi pada waktu itu, hal
tersebut dimaksudkan sebagai kritik atas prasangka terhadap akal. Apa
yang dulu nya merupakan aliran terpendam kini menjadi aliran utama
kebudayaan Jerman.
Kebanyakan penganut Romantisisme menganggap
diri mereka sebagai penerus Kant, sebab Kant telah menetapkan bahwa ada
batasan bagi apa yang dapat kita ketahui tentang 'das Ding an sich'.
Sebaliknya, dia telah menggarisbawahi makna penting sumbangan ego
terhadap pengetahuan, atau kesadaran. Individu kini bebas sepenuhnya
untuk menafsirkan kehidupan dengan caranya sendiri. Kaum Romantik
memanfaatkan ini sehingga terjadi 'pemujaan-ego' yang hampir tak
terkendali, yang mendorong timbulnya sikap mengagung-agungkan genius
kesenian.
Beethoven adalah salah
satunya. Musiknya mengungkapkan perasaan dan kerinduaannya sendiri.
Beethoven dalam satu pengertian adalah seorang seniman 'bebas' -tidak
seperti para jagoan Barok seperti Bach dan Handel, yang menyusun karya
mereka untuk memuliakan Tuhan, terutama dalam bentuk-bentuk musik yang
kaku.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah anak sah Romantisisme.
Orang hampir dapat mengatakan dia berkembang bersama semangat Jerman
ketika semangat itu perlahan-lahan mulai berkembang di Jerman. Dia
dilahirkan di Stuttgart pada 1770, dan mulai belajar teologi di Tubingen
pada usia delapan belas tahun. Mulai 1799, dia bekerja dengan Schelling
di Jena pada waktu Gerakan Romantik mengalami pertumbuhannya yang
paling pesat. Setelah menjalani satu periode sebagai asisten profesor di
Jena, dia menjadi profesor di Heidelberg, pusat Romantisisme Nasional
Jerman. Pada 1818, dia diangkat menjadi profesor di Berlin, tepat pada
waktu kota tersebut menjadi pusat spiritual Eropa. Dia meninggal karena
penyakit kolera pada 1831, setelah 'Hegelianisme' berhasil mendapatkan
pengikut yang sangat besar di hampir semua universitas di Jerman.
Hegel
menyatukan dan mengembangkan hampir semua gagasan yang muncul ke
permukaan pada periode Romantik. Tapi dia sangat kritis terhadap banyak
tokoh Romantik, termasuk Schelling.
Schelling dan juga
tokoh-tokoh Romantik lainnya pernah mengatakan bahwa makna kehidupan
yang paling dalam ada pada apa yang mereka sebut 'ruh dunia' . Hegel
juga menggunakan istilah 'ruh dunia' tapi dalam suatu pengertian baru.
Ketika Hegel berbicara tentang 'ruh dunia' atau 'akal dunia', yang
dimaksudkannya adalah seluruh perkataan manusia, sebab hanya manusia
yang mempunyai 'ruh'.
Dalam pengertian ini, dia dapat
membicarakan kemajuan ruh dunia sepanjang sejarah. Namun, kita tidak
boleh lupa bahwa dia mengacu pada kehidupan manusia, pikiran manusia,
dan kebudayaan manusia.
Hegel mengatakan bahwa
'kebenaran itu subjektif' dan dengan demikian menyangkal adanya
'kebenaran' tertinggi di atas atau di luar akal manusia. Semua
pengetahuan adalah pengetahuan manusia.
Hegel yakin bahwa dasar
kesadaran manusia berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Oleh karena itu, tidak ada 'kebenaran abadi', tidak ada yang kekal.
Satu-satu nya titik pasti yang dapat dijadikan pegangan bagi Filsafat
adalah sejarah itu sendiri.
Sejarah adalah suatu rangkaian
perenungan yang panjang. Hegel menunjukkan aturan-aturan tertentu yang
berlaku bagi rangkaian perenungan ini. Siapapun yang mempelajari sejarah
secara mendalam akan mengetahui bahwa suatu pemikiran biasanya diajukan
atas dasar pemikiran-pemikiran lain yang sebelumnya pernah diajukan.
Tapi begitu satu pemikiran diajukan, ia akan dihadapkan pada pemikiran
lain. Suatu ketegangan akan muncul di antara dua cara berpikir yang
saling bertentangan ini. Tapi ketegangan itu dicairkan oleh pemikiran
ketiga yang dapat merujukkan hal-hal terbaik dari kedua sudut pandang
tersebut. Hegel menyebut ini suatu proses dialektis, yang terdiri dari
tesis, negasi, dan negasi atas negasi. Dia juga menyebut ketiga tahap
pengetahuan ini tesis, antitesis, dan sintesis.
@salmanreadingcorner @fimbandung @fimtangerangraya @22haribacabuku
No comments:
Post a Comment