Halo, nama
saya Dzikra Yuhasyra, saya baru lulus dari jurusan Rekayasa Pertanian SITH ITB
di awal April 2018 lalu dan sekarang masih menjadi fresh graduate yang mencari
pekerjaan. (Ayo semangat cari kerja!). Tak terbayangkan sebelumnya oleh saya
bisa lulus dari kampus teknik terbaik di Indonesia, ITB. Hal tersebut hanya
bisa menjadi mimpi saya ketika saya masih SMA dan browsing mengenai
jurusan-jurusan super keren yang ada di ITB. Sebagai seorang anak SMA
berjurusan IPA saya sebenernya tidak terlalu suka eksak, satu-satunya bidang
IPA yang saya senangi yaitu Biologi, yang mungkin menjadi alasan kenapa saya
memilih SITH ITB di SNMPTN (dan Alhamdulillah lolos). Dulu waktu SMA saya
kurang menyenangi Matematika dan Fisika apalagi Kimia, saya selalu menanggapnya
sebagai momok yang menakutkan dan juga membosankan. Saya lebih suka pelajaran
fleksibel dan kreatif seperti Bahasa Inggris. Sehingga tak heran saya sudah
diterima di jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan
(UNPAR) sebelum SNMPTN diumumkan, dan berniat untuk terjun kuliah di bidang
sosial politik apabila tidak diterima di ITB di SNMPTN atau SBMPTN. Setelah
dinyatakan lolos di HI UNPAR, saya cukup senang dan lega saya sudah mendapat
kampus dimana saya bisa berkuliah sesuai minat saya dan saya bisa mengejar
mimpi saya untuk masuk ITB. Saya sempat ragu memilih antara SAPPK ITB, tepatnya
Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota karena saya suka pelajaran sosial,
atau SITH ITB sebagai pilihan SNMPTN saya. Tapi adanya pilihan peminatan
jurusan di SITH-R tepatnya di program studi Rekayasa Pertanian mengalihkan
perhatian saya. Saya berpikir karena ini jurusan baru dan juga peminatan
membuat peluang saya masuk lebih besar, lagi pula saya suka Biologi. Saya
akhirnya memilih SITH-R menjadi satu-satunya pilihan saya di SNMPTN. Dan voila,
saya lolos SITH-R ITB dengan status peminatan Rekayasa Pertanian. Saya tidak
sempat berpikir saya sudah lulus bakal gimana atau bakal bekerja apa,
satu-satunya pikiran dibenak saya waktu itu hanya lolos ITB, dan Alhamdulillah
Allah SWT mengabulkannya. Tak disangka cita-cita sederhana tanpa berpikir
panjang itu mengantarkan saya menjadi sarjana teknik yang 'tersesat' saat ini.
Di waktu TPB saya kesulitan menghadapi Kalkulus, Fisika Dasar, ataupun Kimia
Dasar. Saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi hasil selalu jauh dari
memuaskan. Saya malah tidak bertemu Biologi di TPB. Di jurusan pun saya harus
bertemu Matematika Rekayasa, Termodinamika Sistem Ekologi, Neraca Massa dan
Energi Biosistem, Peristiwa Perpindahan Dalam Biosistem, Mekanika Fluida, yang
kesemuanya kurang saya sukai karena lebih banyak hitung-hitungan eksak, yang
tidak saya senangi sejak SMA. Sehingga saya harus berjuang untuk sekedar lulus
dari mata kuliah tersebut, sehingga tak heran IPK saya hanya 2.98 sampai lulus
sidang. Tidak terlalu buruk tapi masih jauh dari kata memuaskan. Saya harus
bersusah payah dan jauh dari kata enjoy selama kuliah, sehingga saya selalu
merasa tertekan pada saat masa kuliah. Saya lebih larut menikmati kemahasiswaan
selama saya berkuliah dibanding kuliah itu sendiri. Lalu tibalah saat saya di
wisuda. Setelah wisuda, saya sulit lagi merecall materi-materi kuliah pertanian
yang terlanjur saya lupakan setelah ujian dilaksanakan. Seakan-akan semuanya
menguap begitu saja. Jadilah saya menjadi sarjana teknik yang
"tersesat". Lupa materi kuliah dan hanya mengingat kulit-kulitnya
saja. Tapi apa yang saya syukuri sampai sekarang adalah bagaimana perjalanan
menjadi sarjana teknik membentuk saya, terutama saat mengerjakan TA 1 dan TA 2.
TA 2 mengajarkan saya membuat perancangan farming system secara komprehensif
dari segi budidaya pertanian, engineering, dan juga bisnis yang membuka
cakrawala saya tentang membuat sebuah perancangan usaha dari A sampai Z yang
mungkin akan sulit saya temukan di jurusan lain. Lalu kemampuan saya melewati
berbagai kesulitan kuliah pun membentuk saya bermental baja dan gigih dalam
berjuang. Dan sekarang disinilah saya masih menjadi fresh graduate yang sibuk
mencari pekerjaan. Saya percaya meskipun sudah hampir satu tahun sejak saya
lulus wisuda saya belum mendapat pekerjaan, saya akan mendapatkannya di waktu
yang tepat dengan kondisi yang tepat. Sama seperti saya yang dapat melewati
mata kuliah-mata kuliah mengerikan ITB seperti Kalkulus atau Neraca Masa dan
Energi Biosistem. Saya percaya dengan bekal pengalaman yang saya raih saya
dapat mencapai masa depan cemerlang. Tentu dengan perjuangan dan ikhtiar yang
maksimal diiringi doa dan munajat kehadirat Sang Maha Kuasa. Semoga bisa,
semoga!
No comments:
Post a Comment