Saturday 23 December 2023

Buku "Petani adalah Seorang Wirausaha? Sebuah Ikhtiar untuk Memahami dan Mengembangkan Pola Pikir dan Aktivitas Wirausaha Petani Skala Kecil" karya Bapak Gema Wibawa Mukti (Dosen Faperta Unpad) dan Rani Andriani - Sebuah Jawaban Mendasar Atas Banyak Pertanyaan Anak Muda, Mahasiswa Pertanian, dan Petani Pemula Atas Status Petani Sebagai Wirausahawan

 

 

Saya ingin mengulas sebuah buku yang saya pinjam dari Perpustakaan Pusat UNPAD yang baru selesai saya baca yaitu berjudul "Petani adalah Seorang Wirausaha? Sebuah Ikhtiar untuk Memahami dan Mengembangkan Pola Pikir dan Aktivitas Wirausaha Petani Skala Kecil" karya Bapak Gema Wibawa Mukti yang merupakan dosen di Fakultas Pertanian UNPAD dan Rani Andriani Budi dari Penerbit Unpad Press.

Buku ini menjadi jawaban mendasar atas pertanyaan yang sering muncul dari Anak Muda, Mahasiswa, dan Petani Pemula, yaitu "APAKAH SEORANG PETANI MERUPAKAN SEORANG WIRAUSAHA / ENTREPRENEUR / PENGUSAHA?" Dengan bahasa yang ringan buku ini menjabarkan penjelasan atas jawabannya setahap demi setahap.

Menurut buku ini, Petani melakukan usahatani karena didorong berbagai alasan unik, yang mungkin berbeda dengan profesi lainnya. Beberapa alasan petani berusahatani diantaranya adalah:

1. Untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga (subsisten). Mereka biasanya tidak menjual hasil panen nya yang hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari saja. Mereka baru menjual hasil panen nya jika mereka membutuhkan kebutuhan lain nya selain bahan pokok.

2. Sebagian besar diperuntukkan untuk konsumsi rumah tangga, namun mereka juga menjual surplus atau kelebihan panen nya di pasar (sebagian besar di konsumsi, sebagian kecil di jual di pasar).

3. Sebagian kecil diperuntukkan untuk konsumsi rumah tangga, sedangkan sebagian besar mereka jual surplus atau kelebihan panen nya di pasar (sebagian kecil di konsumsi, sebagian besar di jual di pasar).

4. Menjual semua hasil panen nya di pasar, tidak ada untuk konsumsi sendiri (komersial)

Petani pada fase pertama (subsisten) umumnya berjuang untuk bertahan hidup, memenuhi kebutuhan dasar/pokok diri dan keluarga mereka. Pada tahap ini, petani tidak dapat disebut sebagai pengusaha, mereka tidak berpikir bagaimana mengembangkan usaha, namun mereka fokus pada pemenuhan kebutuhan hidup diri dan keluarga nya.

Petani pada fase kedua adalah petani yang memiliki peluang atau kesempatan yang lebih baik untuk lebih berkembang. Mereka tidak hanya bertahan hidup saja, namun mulai berusaha untuk melampaui hal tersebut. Petani pada fase ini mulai dapat mengatasi masalah risiko hidup mereka, akses mereka terhadap kebutuhan dasar. Petani pada fase ini dapat dikatakan sebagai petani "preentrepreneurial". Petani pada fase ini belum dapat disebut sebagai petani wirausaha, karena dalam berusahatani mereka belum memiliki orientasi pasar. Mereka mulai memahami penting nya pasar bagi kelangsungan usaha mereka, namun mereka belum menjadikan pasar sebagai fokus utama dalam usahatani mereka. Petani masih membutuhkan dukungan atau sokongan dari pihak lain agar usahatani mereka dapat lebih berkembang. Petani pada fase ini masih dianggap sebagai masyarakat miskin yang masih membutuhkan bantuan orang lain untuk hidup lebih baik, sehingga mereka belum dapat dikatakan sebagai pengusaha atau petani wirausaha. Petani belum melihat usahatani nya sebagai bisnis yang dapat memberikan keuntungan, sehingga mereka belum memiliki keinginan untuk melakukan investasi jangka panjang.

Petani pada fase ketiga adalah petani yang mulai memahami nilai ekonomi dari produk nya. Mereka mulai memahami penting nya pasar bagi usahatani yang diuasahakan nya, namun seringkali mereka menghadapi kendala dalam mengembangkan bisnis nya. Kendala yang dimaksud adalah keterbatasan akses petani terhadap keuangan, tenaga kerja, kelembagaan dan informasi pasar. Petani pada fase ini cenderung untuk memproduksi produk pertanian yang memiliki pasar yang jelas dan pasti, karena mereka tidak bisa mengambil risiko keluarganya tidak akan tercukupi kebutuhan dasar nya. Oleh karena itu petani akan selalu berusaha untuk mencari kepastian penghasilan yang lebih besar. Mereka juga tidak akan mengambil risiko untuk menanam tanaman jenis baru yang mungkin lebih potensial, karena melakukan usahatani terlalu berisiko bagi keluarga nya.

Petani pada fase keempat adalah petani yang sepenuhnya berorientasi pasar. Alasan utama mereka keuntungan dari usahatani nya tersebut. Pada fase ini, petani selalu mencari cara terbaik agar usahatani nya  dapat menghasilkan profit. Investasi jangka panjang menjadi prioritas petani pada fase ini, selalu berusaha untuk menanam produk yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar. Pada fase ini petani dapat disebut sebagai petani wirausaha (Entrepreneurial Farmer), dimana mereka selalu mencari peluang pasar, berani mengambil risiko dalam usahatani yang mereka usahakan serta menerapkan manajemen dan teknologi dalam usahatani mereka agar tercapai efisiensi dalam usaha nya.

Sehingga dari alasan petani berusahatani dan fase bisnis petani di atas bisa disimpulkan bahwa "PETANI ADALAH SEORANG WIRAUSAHA" ketika mencapai fase ketiga dan keempat, sehingga karakter wirausaha yang selalu kreatif, inovatif, memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda, dan punya resiliensi, ketangguhan, dan daya juang yang tinggi ada ketika petani bisa memasuki fase ketiga dan keempat dari proses siklus bisnis petani tersebut.

Karakteristik Kewirausahaan Petani yang disampaikan dibuku ini diantaranya: (1) Inisiatif, (2) Memiliki Ambisi Untuk Sukses, (3) Berorientasi Pada Hasil, (4) Kreatif dan Inovatif, (5) Berani Mengambil Resiko dalam Bisnis, (6) Fleksibel dan Adaptif terhadap Perubahan, (7) Berpikir Strategis, dan  (8) Selalu Menjaga Silaturahmi dan Networking.

Buku ini menjadi panduan, pencerahan, dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan mendasar yang ada di benak anak muda, mahasiswa pertanian, dan petani pemula tentang aspek kewirausahaan di bidang pertanian dan bagaimana status wirausaha atau entrepreneur melekat pada seorang petani.

Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca teman-teman :)