Ramuan Kebahagiaan - La Tahzan (Dr. 'Aidh al-Qarni)
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tarmidziy Rasulullah bersabda,
"Barangsiapa tidur dengan tenang di tempat tidurnya, sehat badannya,
memiliki jatah makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah
mendapatkan dunia dan semua kenikmatannya."
Maksud hadits di atas
adalah bahwa jika seseorang telah mendapatkan makanan yang cukup dan
tempat berlindung yang aman, maka dia telah mendapatkan kebahagiaan yang
sempurna dan kebaikan terindah. Ini terjadi pada kebanyakan orang.
Namun mereka tidak pernah menyebutnya, melihatnya, dan merasakannya
sebagai kebahagiaan dan kebaikan.
Allah berfirman kepada Rasul-Nya,
"Dan, telah Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu." (Q.S. Al-Maidah: 3)
Nikmat
apa yang diberikan kepada Rasulullah secara sempurna? Apakah nikmat itu
berupa materi? Apakah itu makanan yang melimpah? Apakah istana-istana,
emas, dan perak? Tentu tidak. Rasulullah tidak memiliki semua itu.
Kenyataannya
Rasulullah yang agung ini masih tidur di sebuah kamar yang beralaskan
tanah dan beratapkan pelepah kurma. Dia mengikat perutnya dengan dua
buah batu untuk menahan rasa laparnya, dan hanya beralaskan tikar yang
terbuat dari pelepah kurma yang membekas di belikatnya. Dia menggadaikan
pakaian perangnya kepada seorang Yahudi dengan harga tiga puluh sha'
gandum. Dia berkeliling selama tiga hari untuk mendapatkan kurma yang
paling jelek untuk dimakan dan untuk sekadar menutup rasa lapar, namun
tidak mendapatkannya.
"Kau meninggal, dan baju perangmu digadaikan dengan gandum dan barang (gadaian) mu tetap tak tertebus hingga ajal menjelang."
"Dalam dirimu ada makna keyatiman yang menghiasi, dan engkau bergelar bapak orang-orang yatim."
"Dan,
sesungguhnya hari akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. Dan kelak
Rabb-mu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi
puas." (Q.S. Adh-Dhuha: 4-5)
"Sesungguhnya, telah Kami berikan kepadamu sebuah sungai di surga." (Q.S. Al-Kautsar: 1)