Sunday 25 August 2019

Tentang Insecurity: Percaya akan Takdir-Nya


Malam ini aku sulit tidur. Bukan karena apa-apa, tapi takut akan insecurity ku. Ya, insecurity. Kegelisahan dan ketakutan ku akan hal yang tidak bisa aku tangani dalam hidup. Di usia ku saat ini, 23 tahun tepatnya, aku dituntut untuk menjadi seseorang yang mandiri, mulai berpenghasilan, dan tidak menyusahkan orang tua. Dan inilah yang menjadi insecurity ku saat ini, tentang karir, penghasilan, dan tanggung jawab atas diriku sendiri, yang membuat ku flashback beberapa tahun lalu mengapa aku memilih kuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB dan tidak memilih Ilmu Hubungan Internasional UNPAR. Sebelumnya aku pernah menulis tentang "Mensyukuri Nikmat Tersesat Sebagai Lulusan Teknik", ini link nya https://dzikra-yuhasyra.blogspot.com/2019/04/mensyukuri-nikmat-tersesat-sebagai.html Ditulisan tersebut aku menceritakan bagaimana aku sangat bersyukur bisa berkuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB dan menjadi lulusan sarjana teknik meskipun aku belum mendapatkan pekerjaan saat ini. Aku percaya bahwa itu sudah menjadi takdirku menjadi sarjana teknik dan merupakan rencana terbaik dari Allah SWT. Tapi aku sering bertanya-tanya sampai saat ini, aku lulusan ITB, tempat kuliah terbaik di negeri ini, tapi mengapa sampai saat ini sudah 1 tahun lebih aku belum mendapatkan pekerjaan tetap. Apa karena jurusan ku pertanian sehingga aku sulit mendapatkan pekerjaan atau karena kompetensi ku yang kurang? Lulusan Rekayasa Pertanian memang dituntut untuk langsung berkecimpung di lapangan dengan membuka wirausaha pertanian, tapi aku merasa belum cukup pengalaman dan keahlian untuk itu, karena aku merasa kebanyakan hal yang aku peroleh di bangku kuliah hanya sebatas teori bukan praktek yang mendalam. Sehingga aku memilih untuk mencari pengalaman terlebih dahulu dengan mencari pekerjaan. Aku pun menjadi penasaran, apakah aku salah jurusan? Apakah aku salah tidak memilih Ilmu Hubungan Internasional dulu tapi malah memilih Rekayasa Pertanian? Apakah keputusan ku berkuliah di ITB salah? Apakah kalau aku berkuliah di Ilmu Hubungan Internasional aku akan cepat mendapat pekerjaan dan bisa menghidupi diriku sendiri dengan cepat? Itu yang terus berputar dibenakku. Dan mungkin jawabannya adalah iya, itu mungkin. Tapi aku percaya bahwa apa yang aku alami adalah takdir yang terbaik untuk ku dari Sang Pencipta. Dan takdir tersebut tidak hanya bisa diukur hanya berdasarkan uang, penghasilan, dan pekerjaan, tapi lebih dari itu, ada keberkahan dan kebermanfaatan didalamnya. Seandainya aku tidak berkuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB mungkin aku tidak pernah menyumbangkan nama "Agrapana" untuk nama himpunan ku. Aku tidak akan bisa belajar mengendarai motor dan mobil, karena aku termasuk yang telat mempelajarinya di masa kuliah ku di Rekayasa Pertanian. Mungkin aku tidak akan punya relasi di ITB seperti sekarang ini dimana aku bisa berkenalan dengan banyak orang hebat, terutama teman-teman, adik, dan kakak kelas SMA ku yang masuk ke ITB. Mungkin pula apabila aku tidak berkuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB, aku tidak akan mempelajari pentingnya berinvestasi sampai-sampai aku membuka rekening saham di salah satu sekuritas. Dan mungkin yang terpenting mungkin aku tidak akan mendapatkan keberkahan dan kebermanfaatan yang aku peroleh saat ini di hidupku. Karena kalau kata Sudjiwo Tedjo, kamu sama saja tidak mempercayai Tuhan kalau kamu takut tidak makan besok. Karena tidak semuanya bisa diukur dengan uang, penghasilan, dan pekerjaan. Aku percaya bahwa rezeki sudah diatur dan kita tidak perlu khawatir. Sehingga aku percaya bahwa segala takdir-Nya adalah yang terbaik untukku. Semoga :)

No comments:

Post a Comment