Malam ini
aku sulit tidur. Bukan karena apa-apa, tapi takut akan insecurity ku. Ya,
insecurity. Kegelisahan dan ketakutan ku akan hal yang tidak bisa aku tangani
dalam hidup. Di usia ku saat ini, 23 tahun tepatnya, aku dituntut untuk menjadi
seseorang yang mandiri, mulai berpenghasilan, dan tidak menyusahkan orang tua.
Dan inilah yang menjadi insecurity ku saat ini, tentang karir, penghasilan, dan
tanggung jawab atas diriku sendiri, yang membuat ku flashback beberapa tahun
lalu mengapa aku memilih kuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB dan tidak
memilih Ilmu Hubungan Internasional UNPAR. Sebelumnya aku pernah menulis
tentang "Mensyukuri Nikmat Tersesat Sebagai Lulusan Teknik", ini link
nya https://dzikra-yuhasyra.blogspot.com/2019/04/mensyukuri-nikmat-tersesat-sebagai.html
Ditulisan tersebut aku menceritakan bagaimana aku sangat bersyukur bisa
berkuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB dan menjadi lulusan sarjana teknik
meskipun aku belum mendapatkan pekerjaan saat ini. Aku percaya bahwa itu sudah
menjadi takdirku menjadi sarjana teknik dan merupakan rencana terbaik dari
Allah SWT. Tapi aku sering bertanya-tanya sampai saat ini, aku lulusan ITB,
tempat kuliah terbaik di negeri ini, tapi mengapa sampai saat ini sudah 1 tahun
lebih aku belum mendapatkan pekerjaan tetap. Apa karena jurusan ku pertanian
sehingga aku sulit mendapatkan pekerjaan atau karena kompetensi ku yang kurang?
Lulusan Rekayasa Pertanian memang dituntut untuk langsung berkecimpung di
lapangan dengan membuka wirausaha pertanian, tapi aku merasa belum cukup
pengalaman dan keahlian untuk itu, karena aku merasa kebanyakan hal yang aku
peroleh di bangku kuliah hanya sebatas teori bukan praktek yang mendalam.
Sehingga aku memilih untuk mencari pengalaman terlebih dahulu dengan mencari
pekerjaan. Aku pun menjadi penasaran, apakah aku salah jurusan? Apakah aku
salah tidak memilih Ilmu Hubungan Internasional dulu tapi malah memilih
Rekayasa Pertanian? Apakah keputusan ku berkuliah di ITB salah? Apakah kalau
aku berkuliah di Ilmu Hubungan Internasional aku akan cepat mendapat pekerjaan
dan bisa menghidupi diriku sendiri dengan cepat? Itu yang terus berputar
dibenakku. Dan mungkin jawabannya adalah iya, itu mungkin. Tapi aku percaya bahwa
apa yang aku alami adalah takdir yang terbaik untuk ku dari Sang Pencipta. Dan
takdir tersebut tidak hanya bisa diukur hanya berdasarkan uang, penghasilan,
dan pekerjaan, tapi lebih dari itu, ada keberkahan dan kebermanfaatan
didalamnya. Seandainya aku tidak berkuliah di Rekayasa Pertanian SITH ITB
mungkin aku tidak pernah menyumbangkan nama "Agrapana" untuk nama
himpunan ku. Aku tidak akan bisa belajar mengendarai motor dan mobil, karena
aku termasuk yang telat mempelajarinya di masa kuliah ku di Rekayasa Pertanian.
Mungkin aku tidak akan punya relasi di ITB seperti sekarang ini dimana aku bisa
berkenalan dengan banyak orang hebat, terutama teman-teman, adik, dan kakak
kelas SMA ku yang masuk ke ITB. Mungkin pula apabila aku tidak berkuliah di
Rekayasa Pertanian SITH ITB, aku tidak akan mempelajari pentingnya berinvestasi
sampai-sampai aku membuka rekening saham di salah satu sekuritas. Dan mungkin
yang terpenting mungkin aku tidak akan mendapatkan keberkahan dan
kebermanfaatan yang aku peroleh saat ini di hidupku. Karena kalau kata Sudjiwo
Tedjo, kamu sama saja tidak mempercayai Tuhan kalau kamu takut tidak makan
besok. Karena tidak semuanya bisa diukur dengan uang, penghasilan, dan
pekerjaan. Aku percaya bahwa rezeki sudah diatur dan kita tidak perlu khawatir.
Sehingga aku percaya bahwa segala takdir-Nya adalah yang terbaik untukku.
Semoga :)