Sunday 21 January 2024

Sedikit Harapan Mengenai Topik Pangan, Desa, Agraria, Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup, Energi, dan Masyarakat Adat dari Debat Cawapres 21 Januari 2024


Sangat seru ya kawan-kawan debat cawapres malam ini dengan topik besar mengenai Pangan, Desa, Agraria, Pembangunan Berkelanjutan, Lingkungan Hidup, Energi, dan Masyarakat Adat. Kebetulan topik-topik di atas merupakan bidang yang ingin saya dalami lebih lanjut, khususnya mengenai pangan, desa, dan agraria dan saya ingin sedikit menghighlight hal yang penting untuk kita renungkan bersama mengenai topik-topik tersebut. Semoga menjadi bahan pemikiran kita semua :)


Mengenai pangan, meminjam istilah dari Pak Iwan Setiawan dkk, dosen sosial ekonomi pertanian Faperta UNPAD, di Buku "Pertanian Postmodern", kesemua paslon masih berkutat pada paradigma pertanian modern yang terjebak dengan konsep positivistik dan productivist yang mengagungkan penggunaan input luar tinggi sehingga hanya mementingkan input pupuk kimia dan pestisida sintetis yang banyak memberikan bukti telah mencemari dan mendegradasi lahan, kesemua paslon belum memikirkan konsep pertanian alami, pertanian terintegrasi, pertanian eco-facture yang menjadikan pertanian menjadi beradab dan maslahat. Satu fakta penting yang harus diakui, kita masih merasa takut meninggalkan cara positivistik dan productivist karena takut kehilangan sumber pangan pokok seperti padi, dan melupakan kekayaan sumber pangan lain yang beragam, bahwa diversifikasi pangan lokal yang lebih sesuai dengan konsep pertanian alami, terintegrasi, eco-facture, dan mereplikasi cara alam bekerja sesuai prinsip "Blue Economy" dari Gunter Pauli akan membawa kemaslahatan lebih banyak dalam jangka panjang. Kita masih berkutat dengan problem pemenuhan jangka pendek yang sebenarnya harus diatasi oleh rekayasa konsumsi pangan masyarakat, karena pada faktanya konsumsi beras Indonesia salah satu yang tertinggi di dunia sehingga harus diberikan alternatif pangan lokal lain yang memiliki kompatibilitas dan sesuai dengan selera masyarakat. Meskipun secara umum kesemua paslon sudah menyadari untuk mencari titik keseimbangan antara produktivitas dan kelestarian alam.

Untuk desa dan agraria, mengenai desa, pertanyaan menohok mengenai praktik brain drain di pedesaan menjadi tema hangat yang diangkat. Solusi untuk mengatasi brain drain yang terjadi di masyarakat desa, khususnya anak muda, dengan mengangkat kesejahteraan pedesaan melalui peningkatan gelontoran dana desa dan menjadikan desa sebagai pusat ekonomi kreatif atau agribisnis kreatif dan desa wisata menjadi hal yang menarik. Menaikkan dana desa, dimana selama periode Pak Jokowi diklaim sudah berhasil meningkatkan tingkat infrastruktur desa, harus dialokasikan di periode selanjutnya untuk meningkatkan daya dongkrak ekonomi desa melalui berbagai channel dan saluran seperti BUMDES, BUMP (Badan Usaha Milik Petani), Desa Wisata, dll. Dan pengawalan mengenai penggunaan dana desa serta dampak terhadap kesejahteraan masyarakat desa dan pengaruh terhadap kondisi perekonomian masyarakat desa harus diperketat sehingga akan benar-benar mendongkrak kemapanan masyarakat desa sehingga praktik brain drain bisa dihindari, malah terjadi praktik brain gain di pedesaan. Dan mengenai agraria, menjadi suatu fakta bahwa redistribusi lahan merupakan suatu hal yang tidak mudah dilakukan. Usulan mengenai adanya suatu badan khusus yang mengurusi hal ini menjadi hal yang harus dipertimbangkan agar fokus berbagai stakeholder bisa terpusat sehingga pelaksanaan amanat Undang-Undang Pokok Agraria bisa terlaksana.

Yuk kawal terus mengenai topik ini teman-teman dan pilihlah pemimpin terbaik yang bisa merepresentasikan suara dan aspirasi yang kamu punya. Indonesia Digdaya :)