Buku “Ekonomi Beras Kontemporer: Data Baru, Tantangan Baru” yang dikirimkan Prof. Bustanul Arifin @b_arifin merupakan hadiah doorprize dari webinar bedah buku bersama PERHEPI @perhepi
dan Asosiasi Profesor Indonesia. Buku ini menambah wawasan dan landasan
akademis bagaimana kita mengelola ekonomi perberasan, yang merupakan
komoditas ekonomi biasa tetapi memiliki peran strategis dan pengaruh
politis yang sangat signifikan di masyarakat.
Hal yang menjadi headline
adalah bagaimana statistik beras yang baru dengan metode Kerangka Sampel
Area (KSA) memberikan konsekuensi baru dalam kebijakan dan ekonomi
perberasan, seperti koreksi dari overestimasi produksi beras yang selama
ini terjadi dan penentuan provinsi yang surplus dan defisit beras yang
akan mempengaruhi perdagangan beras antarpulau dan stabilisasi harga
beras.
Di headline juga bagaimana evolusi peran Bulog yang sekarang
sudah menjadi BUMN berbentuk Perum diera Bantuan Pangan Nontunai yang
menggantikan kebijakan Rastra dan Raskin sebelumnya. Di headline juga
bagaimana kita harus menambah efisiensi biaya produksi beras di
Indonesia karena lebih mahal 2–2,5 kali lipat dibanding Thailand dan
Vietnam sehingga harga beras di dalam negeri lebih mahal daripada harga
internasional. Dan efisiensi produksi ini harus ditingkatkan apabila
Indonesia ingin menjadi lumbung pangan dunia karena harus meningkatkan
daya saingnya dengan negara lain.
Terakhir bagaimana Pertanian 4.0 harus
berperan dalam ekonomi perberasan seperti munculnya agregator bisnis
beras seperti e-commerce yang dapat langsung menyerap beras dari petani
sehingga harga di tingkat petani dapat lebih tinggi tapi lebih rendah di
sisi konsumen. Dan juga mendorong munculnya startup company atau bisnis
rintisan yang memanfaatkan teknologi data dan informasi untuk menggaet
generasi muda yang merupakan generasi digital yang erat dengan
smartphone dan media sosial.
No comments:
Post a Comment