Tuesday 1 August 2023

Langkah yang Tepat (La Tahzan Jangan Bersedih! - Dr. 'Aidh al-Qarni)

 

Langkah yang Tepat (La Tahzan Jangan Bersedih! - Dr. 'Aidh al-Qarni)

Asy-Syaukani pernah mengatakan, "Sejumlah ulama menasehatiku: 'Jangan pernah berhenti menulis, walaupun hanya dua baris sehari.' Aku pun mematuhinya, dan kini aku dapat memetik buahnya."

Pesan yang tersirat dalam pernyataan asy-Syaukani ini merupakan makna hadits Rasulullah: "Sebaik-baik perbuatan adalah yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit."

Dikatakan, tetesan demi tetesan akan membentuk sebuah aliran air yang deras.

Tidakkah kau lihat seutas tali yang karena lama mengikat pinggang bukit telah mengguratkan bekas.

Kita sering menggerutu karena tidak sabar ingin melakukan apa saja dengan sekali jadi, yang kemudian itu membuat kita merasa capek dan bosan, lalu meninggalkannya. Padahal jika kita melakukannya sedikit demi sedikit, dan setahap demi setahap sesuai perencanaan kita, pasti kita akan mampu melalui fase-fase itu dengan tenang. Anggaplah shalat sebagai contoh. Agama telah mensyariatkannya dalam lima waktu yang berpisah-pisah, sehingga memungkinkan hamba untuk istirahat sejenak, dan merindukannya lagi pada saat menunggu waktu shalat berikutnya. Seandainya shalat lima waktu itu digabungkan dalam satu waktu pasti akan membosankan. Dalam hadits disebutkan: "Sesungguhnya orang yang memaksakan diri itu tidak akan kuasa menahan keletihan punggungnya dan tidak akan mampu menyelesaikan jarak tempuh." Dari pengalaman nyata kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang yang melakukan secara bertahap jauh lebih produktif daripada yang melakukannya sekaligus.

Sebuah tesis yang dikemukakan sejumlah ulama menyimpulkan: Shalat itu menertibkan waktu kita. Tesis ini mengambil makna dari firman Allah,

"Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

(Q.S. An-Nisa: 103)

Seandainya saja seorang hamba mampu membagi pekerjaannya yang menyangkut agama dan dunianya setelah waktu shalat, niscaya dia akan mendapatkan waktu yang luang.

Dapat saya contohkan, jika seorang pelajar atau mahasiswa mengalokasikan waktu sehabis shalat subuh untuk menghafal ilmu apa saja, setelah shalat zhuhur untuk membaca yang ringan-ringan, setelah Ashar untuk tulisan yang serius, setelah Maghrib untuk main dan perbincangan santai, dan setelah Isya untuk membaca buku-buku kontemporer, hasil riset, jurnal, dan kumpul bersama keluarga dan kerabat, maka akan bagus sekali. Dari dasar nuraninya, orang yang berpikir akan mendapatkan pertolongan dan cahaya.

"Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan."

(Q.S. Al-Anfal: 29)